PENGERTIAN KONFLIK SOSIAL
Konflik sosial adalah suatu proses sosial dimana individu
atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak
lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan.
Pengertian di atas memberitahukan bahwa konflik sosial
adalah proses sosial, yang terjadi dalam masyarakat bagaimanapun keadaanya,
baik pada masyarakat modern maupun pada masyarakat tradisional. Proses sosial
yang terjadi karena interaksi sosial dalam masyarakat akan menimbulkan berbagai
masalah salah satunya adalah konflik sosial. Kehidupan masyarakat modern berpotensi besar terjadinya konflik dibanding
dengan kehidupan masyarakat yang tradisional. Sebagai proses sosial konflik
dapat terjadi dimana dan kapan saja tanpa memandang kelas sosial yang ada, baik
pada kelas sosial atas, menengah maupun kelas sosial bawah.
Konflik terjadi
karena adanya tujuan yang berbeda baik antara individu maupun antar kelompok
sosial yang ada dengan demikian konflik akan terjadi melibatkan dua orang atau
lebih individu, maupun individu dengan kelompok dan antar kelompok yang
berupaya mencapai tujuannya. Tujuan yang ingin dicapai tersebut menjadi awal
dari konflik yang terjadi, karena mereka merasa dihalang-halangi oleh pihak
lain dalam mencapai tujuannya.
FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB KONFLIK SOSIAL
1. Perbedaan
individu
Perbedaan
individu meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. Artinya, setiap
orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya.
Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata
ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani
hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya,
ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap
warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi
ada pula yang merasa terhibur.
2. Perbedaan kebudayaan
Perbedaan kebudayaan
membentuk pribadi-pribadi yang berbeda pula, keadaan tersebut dapat menyebabkan
pertentangan atau konflik sosial. Karena masing-masing kelompok kebudayaan
memiliki nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berbeda ukurannya sesuai
dengan kebutuhan masyarakat setempat.
3. Perbedaan kepentingan
Masing-masing orang atau kelompok
memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal
yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sehingga akan mendatangkan
konflik sosial masyarakat.
4. Perubahan sosial
Perubahan sosial yang berlangsung
sangat cepat mempengaruhi atau mengubah nilai-nilai sosial yang ada di
masyarakat, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial.
BENTUK – BENTUK PENGENDALIAN KONFLIK
SOSIAL
1. Arbitrasi
Jika kedua belah
pihak yang berkonflik tidak dapat menyelesaikan sendiri permaslahan konfliknya
dan membutuhkan bantuan pihak ketiga maka cara ini disebut
sebagai arbitrasi. Pihak ketiga mencoba untuk mencarikan penyelesaian dari
keduanya. Jika keduanya mencapai kata sepakat maka pihak ketiga berhasil dalam
menyelesaikan konflik yang terjadi.
Arbitrasi bisa
dilakukan oleh perwakilan dari kedua belah yang berkonflik, maupun oleh
perseorangan yang memiliki kapasitas sebagai juru damai. Diplomasi yang
dilakukan oleh Negara lain untuk mencegah terjadinya perang antara dua Negara
dapat digolongkan dalam arbitrasi tersebut.
2. Mediasi
Seperti halnya
arbitrasi, jika kedua belah pihak yang berkonflik tidak dapat menyelesaikan
sendiri konfliknya, dan masing-masing bersikukuh sebagai pihak yang benar dan
menyalahkan pihak yang lain, maka mediasi perlu dilakukan. Mediasi adalah upaya
mendatangkan orang lain yang dapat memberikan nasihat pada keduanya agar
tercapai kata sepakat.
Mediator tidak
berpihak pada salah satu dari mereka yang berkonflik, melainkan berdiri netral
diantara keduanya dan memberikan beberapa alternative jalan keluar dari konflik
yang ada.
Mediator dapat
berasal dari suatu lembaga yang berkepentingan dengan hal itu, maupun orang
yang biasanya memiliki pengaruh atas mereka yang berkonflik.
3. Konsiliasi
Konsiliasi
merupakan salah satu cara penyelesaian konflik agar tidak terjadi kerugian pada
kedua belah pihak yang berkonflik. Misalnya konflik antara karyawan perusahaan
dengan perusahaan dalam hal ini direksi. Konsiliasi dilakukan agar perusahaan
tidak dirugikan dan buruh tidak dirumahkan. Perselisian yang ada misalnya
menuntut kenaikan upah, sambil menunggu penyelesaian dari perusahaan mereka
tetap bekerja dan perusahaan tetap memberikan gaji sesuai dengan gaji
sebelumnya.
4. Komodasi
Cara lain yang sering digunakan dalam penyelesaian
konflik adalah melalui cara akomodasi. Akomodasi adalah upaya yang dilakukan
untuk mempertemukan yang berkonflik guna menyelesaikan permaslahan yang ada.
Ada bebrapa metode yang termasuk dalam akomodasi yang sering digunakan dalam
penyelesaian konflik, metode tersebut
adalah sebagai berikut
:
1) Paksaan
Paksaan adalah upaya penyelesaian konflik dengan
menggunakan kekuatan atau kekuasaan dan pengaruh, terutama terhadap mereka yang
lebih lemah kedududukanya.
Pembersihan pedagang kaki lima di kota-kota besar
biasanya diselesaikan dengan kekerasan atau paksaan. Mereka biasanya
diperingatkan lebih dahulu untuk tidak berjualan dan membongkar tenda dan lapak
yasng digunakan untuk berjualan. Pada hari yang sudah ditentukan mereka tidak
mengindahkan peringatan tersebut dan akhirnya dibongkar paksa oleh Polisi Pamong
Praja. Mereka biasanya melakukan perlawanan seadanya, dan biasanya sia-sia
perlawanan mereka, karena mereka berada pada pihak yang salah dan lemah.
2) Kompromi
Kompromi adalah upaya penyelesaian konflik dengan
melakukan tawar menawar terhadap bentuk penyelesaian dari konflik tersebut.
Kesepakatan mereka adalah hasil dari kompromi antara kedua belah pihak yang
bersengketa.
Sengketa atas tanah dan rumah tinggal, dengan membayar
ganti rugi sejumlah uang kepada pihak lain yang bersengketa dan
ganti rugi tersebut diterima dengan senang hati adalah bentuk
kompromi yang dilakukan guna menyelesaikan konflik yang ada.
PENDAPATAN
TENTANG ADANYA PERKELAHIAN PELAJAR
Perkelahian
pelajar atau yang sering disebut tawuran memang sudah bukan hal yang asing
untuk didengarkan ditelinga masyarakat. Faktanya kejadian seperti ini memang
semakin marak terjadi dengan korban yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Tawuran
merupakan bentuk penyimpangan sosial yang terjadi di kalangan pelajar sebagai
perilaku agresi baik disengaja maupun tidak disengaja dengan maksud untuk
menyakiti dan merugikan orang lain.
Banyaknya tawuran pelajar dipicu oleh beberapa
faktor berdasarkan tingkatannya. Pada tingkat mikro,rendahnya kualitas pribadi
dan sosial siswa mendorong mereka berperilaku yang tidak pronorma.Buruknya
kualitas dan menejemen pendidikan mendorong rasa frustasi anak yang
dilampiaskan pada tindakan negative, termasuk tawuran. Di tingkat
makro,persoalan pengangguran kemiskinan, dan kesulitan hidup memberi sumbangan
tinggi bagi terbentuknya masyarakat (termasuk siswa)yang merasa kehilangan
harapan untuk hidup layak.
Namun pandangan tersebut berlawanan dengan fakta
yang ditemukan dari segelintir masalah mengenai perkelahian pelajar yang
terjadi di beberapa kota besar di Indonesia. Di Jakarta, pelajar yang didapati
tidak lain berasal dari keluarga dengan ekonomi yang mapan. Penyebab
perkelahian pelajar tidaklah sesederhana itu. Terutama di kota besar masalahnya
sedemikian kompleks, meliputi faktor sosiologis, budaya, dan psikologis, juga
kebijakan pemerintah dalam arti luas (kurikulum yang padat), serta kebijakan
publik lainnya seperti bus, dan lain - lain.
KEGIATAN YANG
DILAKUKAN UNTUK MENGHINDARI TERJADINYA KONFLIK SOSIAL
DI DALAM
PRIBADI DIRI SENDIRI
Memandang masa remaja merupakan periode strom n drang(topan dan badai)
dimana gejala emosi dan tekanan jiwa akan sangat mudah menyimpang jika di dalam
diri tidak terdapat pemahaman dan penanaman nilai dan norma kehidupan.
Mengisi waktu luang dengan kegiatan bermanfaat seperti mengikuti kursus
atau kegiatan ekstrakulikuler di sekolah.
DI
LINGKUNGAN KELUARGA
Mengasuh anak dengan penuh kasih sayang,memberikan penanaman disiplin
sejak dini,ajaran membedakan yang haq dan bathil,memberikan kemandirian serta
mengajarkan kebebasan yang bertanggung jawab pada anak.
Menciptakan suasana hangat dan bersahabat yang membuat anak betah di
rumah.
Meluangkan waktu untuk kebersamaan anak dan orang tua serta tidak
menunjukkan perilaku yang mendorong anak untuk melakukan kekerasan.
Memperkuat kehidupan beragama bukan hanya dalam ritual keagamaan tetapi
juga penanaman akan nilai moral yang terkandung dalam agama dan menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Melakukan perbatasan dalam menonton adegan film yang terdapat tindakan
kekerasannya dan melakukan pemilihan permainan video game yang cocok dengan
usia anak.
DI
LINGKUNGAN SEKOLAH
Misalnya saja dengan mengadakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di
sekolah yang lebih intensif dan teratur.Seperti melaksanakan pendidikan dengan
model”Quantum Learning“,yakni pendidikan dengan cara berfikir siswa.Dalam
Quantum Learning guru tidak bisa dengan otoriter memaksakan pendapatnya yang
paling benar.Tetapi siswa diajarkan untuk mengkaji kebenaran nilai-nilai dari
suatu perbedaan pendapat .Sistem pendidikan seperti dipelopori oleh David
Golemen. Hal ini dapat mengalihkan perhatian siswa dari tindak
perkelahian.Pengadaan kegiatan yang berbasisi system multikulturalisme (mampu
menerima perbedaan yang ada tanpa menjadikannya sebuah masalah) dapat menjadi
solusi tepat dalam menghadapi perselisihan yang ada.Siswa akan dapat menghargai
pendapat orang lain dan mengerti makna sesungguhnya dari bertoleransi.
Mengadakan pembenahan komunikasi dengan pihak yang bersengketa dengan
orang tua sebagai perantara.Salah satunya dengan menjembatani perbedaan yang
ada.
DI LINGKUNGAN MASYARAKAT
LSM dan aparat kepolisian dapat mengadakan penyuluhan mengenai bahaya
tawuran di sekolah-sekolah.
Aparat kepolisian mengadakan pengawasan yang lebih intensif di
tempat-tempat umum yang rawan terjadi tawuran.
DAMPAK
YANG MUNCUL DALAM TERJADINYA KONFLIK
SOSIAL
Dampak Positif
Memperjelas aspek –
aspek kehidupan yang belum jelas atau masih belum tuntas ditelaah. Misalnya
perbedaan pendapat suatu permasalahan dalam diskusi atau seminar biasanya
bersifat positif sebab akan semakin memperjelas dan mempertajam kesimpulan yang
diperoleh dari diskusi tersebut.
Untuk penyesuaian
kembali norma – norma, nilai – nilai, serta hubungan sosial dalam kelompok
bersangkutan sesuai dengan kebutuhan individu atau kelompok.
Mengurangi
ketergantungan antarindividu dan kelompok
Menghidupkan kembali
norma – norma lama dan menciptakan norma – norma baru.
Sarana untuk mencapai
keseimbangan antara kekuatan – kekuatan dalam masyarakat.
Dampak Negatif
Meningkatkan
solidaritas antaranggota kelompok yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
Keretakan hubungan
antarindividu atau kelompok. Misalnya, keretakan hubungan antarkeompok di
Negara Israel akibat konflik dengan palestina dan Negara lainnya.
Perubahan kepribadian
para individu. Misalnya, terjadi perang antarkelompok yang menimbulkan
kebencian, saling curiga, dan lain – lain.
Kerusakan harta benda
dan nyawa.
Akomodasi, Dominasi,
bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam pertikaian.
TINDAKAN YANG DILAKUKAN KETIKA MELIHAT
PERISTIWA KONFLIK SOSIAL
Tindakan yang
dilakukan setiap orang berbeda – beda, ada yang menghadapinya dengan acuh/ cuek
dan ada juga yang ikut berperan menanggapinya serta adapula orang yang
memanfaatkan untuk mengadu domba antara orang yang satu dengan orang yang
lainnya atau dengan kelompok lain.
Tapi, kebanyakan
orang lebih memilih untuk tidak ikut campur dalam masalah yang dihadapi orang
lain.
No comments:
Post a Comment