30 January 2013

MSDM Pengembangan



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Pengembangan dapat dilihat sebagai pertumbuhan kemampuan yang terjadi jauh melampaui apa-apa yang dituntut dalama suatu pekerjaan; hal ini mewakili usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan karyawan untuk menangani berbagai jenis penugasan.pengembangan menguntungkan baik bagi organisasi maupun individu. Para karyawan dan para manajer dengan pengalaman dan kemampuan yang layak akan meningkatkan kemampuan organisasi untuk berkompetensi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang kompetitif. Dalam proses pengambangan, karier individual juga mendapatkan fokus dan peningkatan.
            Pada analisis ditingkat organisasi, tanggung jawab eksekutif untuk menciptakan strategi organisasi yang lebih luas juga harus membuat sebuah sistem untuk membangun orang-orang yang akan memimpin dan mencapai strategi-strategi yang sudah ditentukan tadi. CEO yang berhasil cenderung mempunyai rencana subsesi karyawan dan manajer pada beberapa tingkatan didalam beberapa jalur subsesi sebagai bagian dari suatu pengembangan.
            Kebutuhan pengembangan yang spesifik dapat diidentifikasikan oleh perencanaan Sumber Daya Manusia. Saat ini, lebih banyak pekerjaan memiliki karakteristik dari pekerjaan yang bersifar pemahaman (knowledge work). Orang-orang dalam pekerjaan macam ini harus menggabungkan penguasaan dan pengalaman teknis dengan kemampuan untuk beerja dalam kelompok bersama para karyawan lainnya, membina hubungan dengan para konsumen, dan menganalisis latihan-latihanmereka sendiri. Praktik dari manajemen secara meningkat melibatkan juga orang-orang  yang sangat terampil, yang mandiri secara terintegrasi dan terarah.
Sumber daya  manusia  tidak  dapat  dipungkiri  merupakan  salah  satu  aset terpenting bagi perusahaan, peranan sumberdaya manusia bagi perusahaan tidak hanya dilihat dari hasil produktivitas kerja tetapi juga dapat dilihat dari kualitas kerja yang dihasilkan. Bahkan lebih jauh keunggulan suatu perusahaan sangat ditentukan oleh keunggulan daya saing manusianya, bukan ditentukan lagi oleh sumberdaya alamnya. Semakin kuat pengetahuan dari sumberdaya manusia suatu perusahaan akan semakin kuat daya saing perusahaan tersebut.
        Peningkatan  kualitas  sumberdaya  manusia  dapat  dilakukan  dengan  cara melalui  proses  pengembangan  sumberdaya  manusia.  Hal  itu  tentu  saja membutuhkan komitmen dan konsistensi keterlibatan staf sumberdaya manusia yang lebih besar, sehingga akan mendukung kompetensi sumberdaya manusia dalam mengelola organisasi usaha yang bertahan.
        Pengembangan tenaga kerja dirasakan semakin penting pada suatu perusahaan karena  tuntutan  pekerjaan  atau  jabatan.  Hal  ini  dapat  dilakukan  dengan meningkatkan  keterampilan  dan  pengetahuan  tenaga  kerja  yang  diwujudkan dalam  berbagai  bentuk  nyata,  misalnya:  pemberian  pelatihan,  mengadakan seminar-seminar, pemberian kursus keterampilan dan lain-lain.
        Perusahaan  harus  memilih cara pengembangan  yang  sesuai dengan tujuan perusahaan  agar  hasilnya  mencapai  sasaran.  Potensi  setiap  karyawan,  harus diketahui oleh perusahaan sebelum melakukan program pengembangan karena dengan mengetahui potensi ini, dapat diarahkan jenjang karir yang sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat menghasilkan produktivitas yang optimal.
        Setiap  karyawan  harus  mempunyai  keinginan  yang  kuat  untuk  dapat berkembang dan mempunyai pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang memadai  guna  mencapai  kualitas  kerja  dan  peningkatan  karir  yang  secara langsung akan memajukan perusahaan.
        Pimpinan yang efektif menyadari bahwa pengembangan adalah suatu proses yang berjalan secara terus-menerus dan tidak hanya proses sesaat saja. Masalah-masalah baru, pengetahuan dan jabatan baru selalu timbul di dalam oganisasi yang dinamis dan merupakan tantangan bagi manajemen untuk menempatkan karyawan yang memiliki profesionalitas yang baik untuk mencapai target atau tujuan yang telah diberikan oleh manajemen tersebut.

B.   Rumusan Masalah
·         Apa yang dimaksud pengembangan karyawan
·         Apa tujuan dari pengembangan karyawan
·         Apa Metode-metode pelatihan dan pengembangan
·         Apa sasaran dari pengembangan karyawan
·         Bagaimana cara pengembangan karyawan
·         Apa Jenis Pelatihan dan Pengembangan

C.   Tujuan
·         Untuk mengetahui maksud dari pengembangan karyawan
·         Untuk mengetahui tujuan dari pengembangan karyawan
·         Untuk mengetahui metode-metode pelatihan dan pengembangan
·         Untuk mengetahui sasaran dari pengembangan karyawan
·         Untuk mengetahui cara pengembanngan karyawan
·         Untuk mengetahui jenis pelatihan dan pengembangan


BAB II
PEMBAHASAN
A.       PENTINGNYA PENGEMBANGAN
Pengembangan adalah fungsi operasional kedua dari manajemen personalia. Pengembangan karyawan perlu dilakukan secara terencana dan berkesinambungan. Agar pengembangan dapat terlaksana dengan baik, harus lebih dahulu ditetapkan suatu program pengembangan karyawan.
Pengembangan karyawan dirasa semakin penting manfaatnya karena tuntutan pekerjaan atau jabatan, sebagai akibat kemajuan teknologi dan semakin ketatnya persaingan di antara perusahaan yang sejenis. 
Setiap personil perusahaan dituntut agar dapat bekerja efektif, efisien, kualitas dan kuantitas pekerjaannya baik sehingga daya saing perusahaan semakin besar. Pengembangan ini dilakukan untuk tujuan nonkarier maupun karier bagi para karyawan (baru/lama) melalui latihan dan pendidikan. Karyawan baru pada umumnya hanya mempunyai kecakapan teoritis saja dari bangku kuliah. Jadi, perlu dikembangkan dalam kemampuan nyata untuk dapat menyelesaikan pekerjaannya.

B.     DEFENISI PENGEMBANGAN
Menurut Hasibuan (MSDM: Edisi Revisi),pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoretis, konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan latihan. Sedangkan menurut R. Wayne Mondy (MSDM: Edisi kesepuluh jilid 1), pengembangan adalah pembelajaran yang melampaui pekerjaan saat ini dan memiliki focus lebih jangkah panjang. Jadi, pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan karyawan,moral karyawan,  kepuasan karyawan, serta meningkatkan semangat agar memiliki potensi,bakat yang efektif dalam perusahaan.
Pengembangan dapat dilihat sebagai pertumbuhan kemampuan yang terjadi jauh melampaui apa-apa yang dituntut dalam suatu pekerjaan. Pengembangan mempersiapkan para karyawan untuk tetap sejalan dengan perubahan dan pertumbuhan organisasi. Aktivitas-aktivitas pelatihan dan pengembangan memiliki potensi untuk menyelaraskan para karyawan dengan strategi-strategi perusahaan mereka.

C.    TUJUAN PENGEMBANGAN KARYAWAN
            Pengembangan merupakan tanggung jawab bersama dan utamanya manajemen puncak(pimpinan) serta mendapat dukungan dari berbagai pihak, misalnya: penyelia, departemen SDM, karyawan. Pimpinan mempunyai tanggung jawab atas kebijakan-kebijakan umum dan prosedur yang dibutuhkan untuk menerapkan program pelatihan dan pengembangan. Untuk itu, komitmen pimpinan sangat penting agar berlangsung secara efektif, baik dari perencanaan, proses serta tujuan dari pelatihan dan pengembangan.
Adapun tujuan pengembangan menurut Hasibuan, adalah sebagai berikut:
a.      Kepatuhan Kerja (Bidang Pelatihan)
Pimpinan perusahaan membekali supervisor dengan
1.      Pengetahuan dan nilai mengenai praktik-praktik sumber daya manusia yang konsisten
2.      Sasaran persyaratan-persyaratan hokum EEO
3.      Keterampilan untuk menjalankan hal-hal tersebut



b.      Produktivitas Kerja
Melalui pengembangan, produktivitas karyawan akan meningkat. Kualitas dan kuantitas produksi semakin baik, karena technical skill, human skill, dan managerial skill karyawan yang semakin baik.

c.      Efisiensi
Pengembangan karyawan bertujuan untuk meningkatkan efisiensi tenaga, waktu, bahan baku, dan mengurangi ausnya mesin-mesin. Pemborosan berkurag, biaya produksi relative kecil sehingga daya saing perusahaan semakin besar.

d.      Kerusakan
Pengembangan karyawan bertujuan untuk mengurangi kerusakan barang, produksi dan mesin-mesin karena karyawan semakin ahli dan terampil.

e.      Kecelakaan
Bertujuan untuk mengurangi tingkat kecelakaan karyawan sehingga biaya pengobatan yang dikeluarkan perusahaan semakin berkurang.

f.       Pelayanan
Pengembangan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik karena pemberian pelayanan yang baik merupakan daya penarik yang sangat penting bagi rekan-rekan perusahaan yang bersangkutan.


g.      Moral
Melalui pengembangan, moral karyawan akan lebih baik karena keahlian dan keterampilannya sesuai dengan pekerjaannya sehingga mereka semangat dalam menjalankan pekerjaannya.

h.      Karier
Dengan pengembangan, mendorong para karyawan untuk bertumbuh dan berkembang tidak hanya secara mental intelektual, akan tetapi juga dalam arti professional.

i.        Konseptual
Dengan pengembangan, manajer semakin cepat dalam pengambilan keputusan yang lebih baik.

j.       Kepemimpinan
Dengan pengembangan, kepemimpinan manajer akan lebih baik, human relations-nya lebih baik, lebih terarah.

k.     Balas Jasa
Melalui pengembangan, balas jasa(gaji, upah intensif dan benefis) karyawan akan meningkat karena prestasi kerja mereka semakin besar.

l.        Konsumen
Pengembangan karyawan akan memberikan manfaat yang baik bagi masyarakat konsumen karena mereka akan memperoleh barang atau pelayanan yang lebih bermutu.

Pengembangan karyawan (pendidikan dan pelatihan) perlu dilakukan setiap perusahaan karena akan memberikan manfaat bagi perusahaan,karyawan dan masyarakat konsumen.

D.    PELATIH ATAU INSRUKTUR

Ø   Pelatih
Pelatih yaitu seseorang atau tim yang memberikan latihan/pendidikan kepada para karyawan. Pelatih memberikan karyawan informasi dan pengetahuan tentang kepegawaian, organisasi dan harapan-harapan untuk mencapai performance tertentu. Pelatih yang akan melaksanakan pengembangan (development=training education) dibagi menjadi tiga yaitu pelatih internal, eksternal serta gabungan internal dan eksternal.

a)     Pelatih Internal
Pelatih internal adalah seseorang atau tim pelatih yang ditugaskan dari perusahaan untuk memberikan arahan, pelatihan atau pendidikan kepada karyawan.

b)     Pelatih Eksternal
Pelatih Eksternal adalah seseorang atau suatu tim pelatih dari luar perusahaan diminta untuk memberikan pengembangan kepada para karyawan, baik pelatihnya didatangkan atau karyawannya ditugaskan untuk mengikuti lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan.


c)     Pelatih Gabungan Internal dan Eksternal
Pelatih gabungan internal dan eksternal adalah suatu tim gabungan pelatih internal dan eksternal yang memberikan pengembangan kepada para karyawan. Pengembangan yang ditangani tim internal dan eksternal akan lebih baik karena pelatih akan saling isi-mengisi dalam memberikan pengembangan kepada karyawan.

Ø  Syarat –Syarat Pelatih
Syarat-syarat pelatih atau instruktur adalah sebagai berikut:

a)     Teaching Skills
Seorang pelatih harus mempunyai kecakapan untuk mendidik atau mengajarkan, membimbing, memberikan petunjuk, dan mentransfer pengetahuannya kepada peserta pengembangan.

b)     Communication Skills
     Seorang pelatih harus mempunyai kecakapan berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan secara efektif. Jadi suaranya jelas, tulisannya baik, dan kata-katanya mudah dipahami peserta pengembangan.

c)     Personality Authority
Seorang pelatih harus memiliki kewibawaan terhadap peserta pengembangan. Ia harus berperilaku baik, sifat dan kepribadiannya disenangi, kemampuan dan kecakapannya diakui.
  
d)     Social Skills
Pelatih harus mempunyai kemahiran dalam bidang social agar terjamin kepercayaan dan kesetiaan dari para peserta pengembangan. Ia harus suka menolong, objektif dan senang jika anak didiknya maju serta dapat menghargai pendapat orang lain.

e)     Technical Competent
Seorang pelatih harus berkemampuan teknis, kecakapan teoretis dan tangkas dalam mengambil keputusan.

f)      Stabilitas Emosi
Seorang pelatih tidak boleh berprasangka buruk terhadap anak didiknya, tidak boleh cepat marah, mempunyai sifat kebapakan, keterbukaan, tidak pendendam, serta memberikan nilai yang objektif.

E.     METODE-METODE PENGEMBANGAN
Pelaksanaan pengembangan (training and education) harus didasarkan pada metode-metode yang telah ditetapkan dalam program pengembangan perusahaan. Program pengembangan ditetapkan oleh penanggung jawab pengembangan,yaitu manajer personalia dan atau suatu tim. Metode pelatihan meliputi:

Ø  On-the-job training
Metode ini menyarankan perlunya latihan pada tenaga kerja baru. Latihan dilakukan di tempat kerja. Latihan ini diselenggarakan secara khusus dan terpisah dari proses bekerja.

Ø Vestibule
Metode pelatihan ini berupa latihan yang dilakukan dalam suatu perusahaan industri untuk memperkenalkan pekerjaan kepada karyawan baru dan melatih mereka mengerjakan pekerjaan tersebut.

Ø Apprenticeship
Pegawai baru dimagangkan pada seseorang yang ahli dalam bidang tertentu. Para magang bekerja dan berlatih dibawah pengawasan langsung ahli tersebut. Biasanya metode ini digunakan untuk jenis pegawai yang memerlukan skill tinggi.

Ø Internship Training
Program pelatihan Yng dilakukan sebuah lembaga pendidikan dengan instansi lain seperti perusahaan, instansi pemerintah, untuk memberikan pelatihan kepada para siswa atau mahasiswa. Peserta latihan yang lulus dengan predikat baik dapat memperoleh kesempatan bekerja pada instansi atau perusahaan tersebut.

Ø Demonstration and Example
Demonstration and example adalah metode latihan yang dilakukan dengan cara peragaan dan penjelasan bagaimana cara-cara mengerjakan sesuatu pekerjaan melalui contoh-contoh atau percobaan yang didemonstrasikan.
Ø Simulation
Simulasi merupakan situasi atau kejadian yang ditampilkan semirip mungkin dengan situasi yang sebenarnya tapi hanya merupakan tiruan saja.

Ø Retraining and Upgrading
Metode training ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas keterampilan pegawai untuk mengantisipasi kondisi lingkungan yang senantiasa berubah dan berkembang. Dengan demikian kebutuhan tenaga yang sesuai perkembangan tekhnologi dan lingkungan dapat terpenuhi.

F.     TOLAK UKUR METODE PENGEMBANGAN
Metode pengembangan yang diterapkan perlu diukur apakah baik atau tidak. Metode pengembangan  dikatakan baik jika mencapai sasaran sesuai dengan yang diinginkan, yaitu dapat meningkatkan kualitas karyawan dalam mengerjakan pekerjaannya. Indicator-indikator yang diukur dari metode pengembangan yang diterapkan antara lain sebagai berikut.
1.   Prestasi Kerja Karyawan
Apabila prestasi kerja atau produktivitas kerja karyawan setelah mengikuti pengembangan, baik kualitas maupun kuantitas kerjanya meningkat maka berarti metode pengembangan yang ditetapkan cukup baik. Tetapi jika prestasi kerjanya tetap, berarti metode pengembangan yang dilakukan kurang baik, jadi perlu diadakan perbaikan.

2.   Kedisiplinan Karyawan
Jika kedisiplinan karyawan setelah mengikuti pengembangan semakin baik, berarti metode pengembangan yang dilakukan baik, tetapi apabila kedisiplinan tidak meningkat berarti metode pengembangan yang diterapkan kurang baik.

3.   Absensi Karyawan
Kalau tingkat absensi karyawan setelah mengikuti pengembangan karyawan menurun maka metode pengembangan yang dilakukan baik. Sebaliknya jika absensi karyawan tetap, berarti metode pengembangan yang diterapkan kurang baik.

4.   Tingkat Kerusakan Produksi, Alat, dan Mesin-Mesin
Kalau tingkat kerusakan produksi, alat dan mesin-mesin setelah
karyawan mengikuti pengembangan berkurang maka metode itu
cukup baik, sebaliknya jika tetap berarti metode pengembangan itu
kurang baik.

5.   Tingkat Kecelakaan Karyawan
Tingkat kecelakaan karyawan harus berkurang setelah mengikuti program pengembangan. Jika tidak berkurang berarti metode pengembangan kurang baik.

6.   Tingkat Pemborosan Bahan Baku, Tenaga dan Waktu
Tingkat pemborosan bahan baku, tenaga, dan waktu berkurang atau efisiensi semakin baik maka metode pengembangan itu baik. Sebaliknya, jika tetap berarti metode pengembangan itu kurang baik.

7.   Tingkat Kerja Sama
Tingkat kerja sama karyawan harus semakin serasi, harmonis, dan baik setelah mereka mengikuti pengembangan, jika tidak ada perbaikan kerja sama maka metode pengembangan itu baik.

8.   Tingkat Upah Intensif Karyawan
Jika upah intensif karyawan meningkat setelah mengikuti pengembangan maka metode pengembangan itu baik, sebaliknya jika tetap berarti metode pengembangan itu kurang baik.

9.   Prakarsa Karyawan
Prakarsa karyawan harus meningkat setelah mengikuti pengembangan, jika tidak meningkat atau tetap berarti metode pengembangan itu kurang baik. Dalam hal ini karyawan diharapkan dapat bekerja mandiri serta bisa mengembangkan kreativitasnya.

10. Kepemimpinan dan Keputusan  Manajer
Kepemimpinan dan keputusan-keputusan yang ditetapkan oleh manajer setelah mengikuti pengembangan harus semakin baik, kerja sama semakin baik, sasaran yang dicapai semakin besar, ketegangan-ketegangan berkurang serta kepuasan kerja karyawan meningkat.


  
G.      KENDALA-KENDALA   PENGEMBANGAN KARYAWAN
Kendala pengembangan (development) akan menghambat lancarnya pelaksanaan latihan dan pendidikan, sehingga sasaran yang tercapai kurang memuaskan.
Kendala-kendala pengembangan berkaitan dengan peserta, pelatih atau instruktur, fasilitas pengembangan, kurikulum dan dana pengembangan.

1.      Peserta
Peserta pengembangan mempunyai latar belakang yang tidak sama atau heterogen, seperti pendidikan dasarnya, pengalaman kerjanya, dan usianya. Hal ini akan menyulitkan dan menghambat kelancaran pelaksanaan latihan dan pendidikan karena daya tangkap, persepsi daaan daya nalar mereka terhadap pelajaran yang diberikan berbeda.

2.   Pelatih atau Instruktur
Pelatih atau instruktur yang ahli dan cakap mentrasfer pengetahuannya kepada para peserta latihan dan pendidikan sulit didapat. Akibatnya, sasaran yang diinginkan tidak tercapai. Misalnya, ada pelatih yang ahli dan pintar tetapi tidak dapat mengajar dan berkomunikasi  secara efektif atau teaching skill-nya tidak efektif, jadi dia hanya pintar serta ahli dirinya sendiri.

3.   Fasilitas Pengembangan
Fasilitas sarana dan prasarana pengembangan yang dibutuhkan untuk latihan dan pendidikan sangat kurang atau tidak baik. Misalnya,buku-buku, alat-alat dan mesin-mesin yang akan digunakan untuk praktek kurang atau tidak ada.

4.      Kurikulum
Kurikulum yang ditetapkan dan diajarkan kurang serasi atau menyimpang serta tidak sistematis untuk mendukung sasaran yang diinginkan oleh pekerjaan atau jabatan peserta bersangkutan.

5.   Dana Pengembangan
Dana yang tersedia untuk pengembangan sangat terbatas, sehingga sering dilakukan secara terpaksa, bahkan pelatih maupun sarananya kurang memenuhi persyaratan yang dibutuhkan.




BAB III
STUDY KASUS
Studi Kasus : Struktur Organisasi untuk Manajemen Talenta
Situasi
Banyak organisasi memperkenalkan strategi manajemen talenta dengan menempelkannya pada struktur yang sudah ada dalam organisasi.  Studi kasus ini menggambarkan suatu pendekatan di mana strategi manajemen talenta menjadi bagian integral dari struktur organisasi dan menjadi basis bagi pengembangan strateginya.
Dalam kasus ini perusahaan menginginkan secepatnya karyawan bertanggung jawab memberi laba nyata bagi perusahaan. Apabila berhasil, setelah kemampuan karyawan berkembang, perusahaan memberi tanggung jawab yang lebih besar lagi. Falsafah pengembangan tanggung jawab ini digabungkan dengan konsep yang disebut sebagai “fully burdened profit center”.
Dalam konsep ini, profit center menanggung biaya langsung plus biaya overhead korporat yang dialokasikan kepada profit center tersebut. Biaya overhead tersebut, bersama dengan pendapatan yang dihasilkan masing-masing profit center, digunakan untuk menghitung posisi laba rugi bulanan. Hasil kumulatif profit center dalam suatu divisi menghasilkan laba rugi divisi dan kumulatif laba rugi divisi menghasilkan laba rugi Grup.
  
Isu Utama
Isu utama dalam pendekatan ini adalah sebagai berikut:
  • Pengalokasian biaya overhead dan biaya tidak langsung secara adil pada masing-masing profit center.
  • Pengembangan sistem pelaporan dan prakiraan (forecasting) pada level pelaporan yang paling rendah dan yang akan memungkinkan agregasi (penggabungan) dalam divisi dan sampai level Grup.
  • Perekrutan, pengembangan dan pelatihan  staf yang mampu bekerja dalam struktur ini dan berjuang dalam budaya ini.
  • Pengembangan proses perencanaan tahunan yang efektif yang merupakan kombinasi parameter dari bawah ke atas (bottom-up) dan dari atas ke bawah (top-down) di mana sasaran bisnis pusat laba diasimilasikan ke dalam rencana dan sasaran pertumbuhan Grup.
Cara-cara penanganan beberapa isu tersebut akan dibahas di bagian berikut.
Identifikasi Masalah
Tantangan utama yang dihadapi oleh perusahaan ini adalah bagaimana mengalokasikan biaya overhead grup kepada masing-masing profit center secara adil. Grup memiliki biaya langsung dan tidak langsung yang menjadi biaya overhead yang harus dialokasikan ke profit center di setiap divisi. Biaya overhead group mencakup biaya administrasi keuangan dan gedung, biaya SDM grup, biaya pemasaran grup, biayamanaging director grup, dan biaya managing director divisi-divisi. Semua biaya ini merupakan 50% dari overhead keseluruhan. Selain itu, masih ada biaya overhead dari biaya tidak langsung, seperti biaya sewa gedung, biaya penerangan, telepon, peralatan kantor, dan biaya operasional langsung.
Pendekatan ini mendorong para manajer profit center untuk mengkaji kembali laba yang dibuatnya dengan mempertimbangkan biaya overhead grup yang harus ditanggung. Program imbal jasa dan penghargaan mereka didasarkan pada pencapaian target laba yang dibuat setelah menanggung overhead Grup.
Penulis studi kasus ini, saat ini menjadi eksekutif senior perusahaan ini. Dia menceriterakan betapa terbukanya diskusi pada proses perencanaan tahunan di mana overhead grup digabungkan dan kemudian dialokasikan ke masing-masing pusat laba.
Direktur Pemasaran Grup harus mengukur kontribusinya dan pendapatan yang akan diperolehan dari anggaran promosi Pemasaran Grup. Pertanyaan yang sama muncul terhadap fungsi Keuangan Grup dan fungsi SDM Grup. Kombinasi check and balance, bersama dengan transparansi proses, merupakan bagian dari program pengembangan talenta. Manajer pada profit center yang ambisius, akan termotivasi untuk menunjukkan kemampuannya menghasilkan laba yang tinggi, terus mengawasi pengeluaran yang tidak memberi kontribusi nyata pada laba atau yang mengganggu kemampuannya menghasilkan laba yang ditargetkan.
Salah satu komentator eksternal berpendapat bahwa perusahaan tersebut seperti perahu yang ‘dapat pergi ke mana saja untuk mendapatkan uang tanpa membawa beban.”
Tantangan serius yang kedua adalah untuk menemukan keseimbangan antara mental ‘robber baron’ dengan etos ‘good for the Group‘.
Inti dari tantangan ini adalah aspek tersembunyi lain dari strategi manajemen talenta, yaitu mendapatkan dan mengembangkan karyawan yang berkinerja tinggi.
Pada level profit center, manajer pusat laba berupaya menarik dan mempertahankan orang-orang yang memiliki kemampuan tinggi untuk menghasilkan laba. Semangat tim yang kuat ditumbuhkan dan dikembangkan, dan jika tim berhasil mencapai target, semangat kerja menjadi tinggi dan etos kerja berkembang.
Meskipun semangat dan etos kerja ini diharapkan, ada juga sisi negatifnya. Salah satunya adalah ‘nuansa perang’ di mana unit laba yang satu dengan yang lain akan berkompetisi dalam bisnis yang sama. Seringkali, hal ini membuat pelanggan menjadi bingung (karena diperebutkan oleh profit center-profit center) dan menjadi kelemahan Grup secara keseluruhan.
Secara teori, salah satu peran Managing Director Divisi adalah mengarbitrase persaingan antar pusat laba, dan memutuskan batas-batas wilayah masing-masing unit laba. Masalah klasiknya adalah prospek atau pelanggan yang beroperasi di suatu wilayah, tetapi memiliki unit-unit di wilayah lain yang menjadi ‘wilayah kekuasaan’ dari pusat-pusat laba yang berbeda-beda dari Grup.
Dampak negatif kedua adalah tumbuhnya sikap ‘kerajaan saya’ yang menjadikan sumber daya pada pusat laba bersifat eksklusif, tidak boleh digunakan oleh pusat laba atau bagian lain. Masalah muncul ketika suatu unit laba kapasitasnya sedang ‘berlebih’, sementara pusat laba lain sedang ‘kekurangan’. Memang ini merupakan bagian dari siklus bisnis, tetapi sangat mengganggu kinerja bisnis Grup secara keseluruhan apabila antar pusat laba tidak dapat berbagi sumber daya. Kondisi ini diatasi dengan model pembebanan antar unit.
Semua isu ini menjadi bagian dari bahan budaya perusahaan dan konsep yang mendasarinya membentuk bagian yang penting proses induksi bagi karyawan baru. Etos untuk fokus pada pencapaian laba perusahaan ini merupakan unsur integral dalam struktur organisasi yang tercermin dan didukung oleh etos fokus laba.
Masalah utamanya adalah komunikasi strategi sebagai falsafah operasional. Hal ini dipecahkan melalui kombinasi struktur, proses dan pengembangan diri. Cara bagaimana menangani masalah tersebut dijelaskan di bawah ini.


Solusi
Strategi yang diambil perusahaan adalah merekrut karyawan lulusan pendidikan S1 untuk memberi tenaga baru dengan kapasitas intelektual yang diinginkan.
Tahun pertama bagi karyawan baru adalah mengikuti kombinasi pelatihan teknis dengan mendapatkan pengalaman di lapangan di profit center. Pada awal tahun, masing-masing profit center mengidentifikasi lulusan S1 yang dibutuhkan, dengan menanggung biaya perekrutan dan pelatihan.
Program perekrutan karyawan baru dikelola oleh Departemen SDM Grup, yang juga memonitor perkembangan karyawan yang direkrut sejak awal tahun. Salah satu sasaran dari proses ini adalah mengidentifikasi pola dan tren yang akan membantu memastikan proses seleksi awal dapat mengidentifikasi karakteristik karyawan yang baru direkrut yang membuat kemajuan terbaik dari segi pengembangan karier.
Bagi mereka yang sudah berada dalam perusahaan yang telah lolos program pelatihan, proses pengembangan karier membawa mereka melewati serangkaian peningkatan level tanggung jawab untuk mencapai hasil tertentu.
Inilah strategi manajemen talenta instrinsik yang diperkuat dengan budaya perusahaan.
Ketika seorang karyawan berhasil menunjukkan kemampuan untuk menjalankan suatu level tanggung jawab tertentu – misalnya sebagai pemimpin tim atau manajemen proyek – mereka berhak untuk menerima peran dengan lingkup tanggung jawab yang lebih besar dan lebih luas.
Mereka menjadi sangat akrab dengan perencanaan keuangan dan pemodelan laba karena mereka juga menjadi bagian dari proses perencanaan anggaran tahunan.
Pada tahap tertentu dalam karier mereka maju ke hadapan panel promosi. Salah satu sasaran panel ini adalah untuk memastikan bahwa karyawan berkinerja tinggi di divisi-divisi tidak akan terlewat untuk mendapat kesempatan memegang peran eksekutif pada bagian lain yang perlu diisi.
BAB IV
KESIMPULAN & SARAN
A.    KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Pengembangan karyawan dapat memperbaiki kinerja karyawan-karyawannya yang bekerja secara tidak memuaskan karena kekurangan keterampilan. Memuktahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi.
Melalui pelatihan, pelatih memastikan bahwa karyawan dapat megaplikasikan teknologi baru secara efektif. Perubahan teknologi pada gilirannya, berarti bahwa pekerjaan senantiasa berubah dan keahlian serta kemampuan karyawan haruslah dimuktahirkan melalui pelatihan, sehingga kemajuan teknologi dapat diintgrasikan dalam organisasi secara sukses.
Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar kompoten dalam pekerjaan. Seorang karywan baru acap kali tidak menguasai keahlian dan kemampuan yang dibutukan untuk menjadi ”job comotent” yaitu mencapai output dan standar mutu yang diharapkan.
Membantu memecahkan masalah orperasional. Para manejer harus mencapai tujuan mereka dengan kelangkaan dan kelimpahan suber daya: kelangkaan sumberdaya finansial dan sumberdaya teknologis manusia (human tecnilogical resourse), dan kelimpahan masalah keuangan, manusia dan teknologis.
Mempersiapkan karyawan untuk promosi satu cara untuk menarik, menahan, dan memotivasi karyawan adalah melalui program pengembangan karir yang sistematis. Pengembangan kemampuan promosional karyawan konsisten dengan kebijakan sumberdaya manusia untuk promosi dari dalam: pelatihan adalah unsur kunci dalam sistem pengembangan karir. Dengan secara berkesinambungan mengembangkan dan mempromosikan semberdaya manusianya melalui pelatihan, manejer dapat menikmati karyawan yang berbobot, termotivasi dan memuaskan.
Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi, karena alasan inilah, beberapa penyelenggara orientasi melakukan upaya bersama dengan tujuan mengorientasikan para karyawan baru terhadap organisasi dan bekerja secara benar.
Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi. Misalnya sebagian besar manejer adalah berorientasi pencapaian dan membutuhkan tantangan baru dipekerjaannya. Pelatihan dan pengembangan dapat memainkan peran ganda dengan menyediakan aktivitas-aktivitas yang menghasilkan efektifitas organisasional yang lebih besar dan meningkatkan pertumbuhan pribadi bagi semua karyawan.

B.   SARAN
           Pengembangan karyawan dapat dilakukan melalui orientasi, pelatihan, dan pendidikan. Pada hakikatnya yang ditujukan untuk menyesuaikan persyaratan atau kualifikasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaannya ( sekarang atau pada masa mendatang ) dengan kualifikasi yang dimiliki karyawan sekarang.



DAFTAR PUSTAKA
Mhatis, Robert L. and Jhon H. Jackson.2002. Manajemen Sumber Daya Manusia.Jakarta: Salemba Empat.

Mondy, R. Wayne.2008.Manajemen Sumber Daya Manusia.                          Jakarta: Erlangga          

Hasibuan.2012.Manajemen Sumber Daya Manusia.Jakarta:Bumi Aksara      

Sulistiyani, Ambar Teuh; Rosidah.2009.Manajemen Sumber Daya Manusia.Yogyakarta:Graha Ilmu

Ati Cahyati, Stategi Kebijakan MSDM, 2005

Drs. H. Melayu, S.P. Hasibuan, MSDM (versi revisi), 2005

Marihot Efendi Hariandja, Drs., M.Si, MSDM, 2002

                  

No comments: