TINJAUAN PUSTAKA
PENGARUH DELIVERY CHANNEL TERHADAP KEPUASAN NASABAH
1.
PENGERTIAN DELIVERY CHANNEL
Delivery Channel, atau disebut juga dengan “kepanjangan tangan dari
Bank”. Delivery Channel merupakan
fasilitas pelayanan yang diberikan kepada nasabah untuk memberikan kemudahan
dan kenyamanan dalam bertransaksi. Contoh : phone
banking (menggunakan HP), dimana cukup sangat aman, mudah, dan yang
pastinya bebas dari antrian. Contoh dari Delievery
Channel adalah ATM, phone banking, e-banking. Delivery Channel, atau
disebut juga dengan “kepanjangan tangan dari Bank”. Delivery Channel merupakan
fasilitas pelayanan yang diberikan kepada nasabah untuk memberikan kemudahan
dan kenyamanan dalam bertransaksi. Contoh : phone banking (menggunakan HP),
dimana cukup sangat aman, mudah, dan yang pastinya bebas dari antrian. Contoh
dari Delievery Channel adalah ATM, phone banking, e-banking.
a
ATM (Automated Teller
Machine)
ATM (Automated
Teller Machine) adalah merupakan metode yang paling mudah bagi nasabah untuk
melakukan transaksi rekening tabungan pada saat diperlukan oleh nasabah.
Transaksi perbankan yang dilakukan berupa penarikan uang tunai, informasi
saldo, transfer antar rekening dan transaksi-transaksi keuangan lainnya tanpa
dibatasi oleh waktu. Lebih lanjut lagi diketahui bahwa hal yang sangat menonjol
dari ATM adalah dapat digunakan 24 jam, lebih hemat waktu (lebih nyaman),
terhindar dari antrian, dan persepsi bahwa staf bank menjadi lebih banyak waktu
karena nasabah sudah memanfaatkan mesin ATM yang terletak di lokasi-lokasi
strategis. Saat ini ATM sudah merupakan kebutuhan yang harus dimiliki oleh
bank-bank. Untuk menghemat investasi ATM, karena investasi untuk satu mesin ATM
membutuhkan biaya yang besar, maka bank-bank saat ini mempunyai strategi untuk
bergabung dalam jaringan ATM. Jaringan-jaringan ATM yang ada yaitu, ATM Link,
ATM Bersama, ATM Alto, serta ATM Prima. Bergabungnya bank-bank dalam jaringan
ATM sangat memudahkan mobilisasi dana untuk bisnis, karena pelaku bisnis dapat
melakukan transaksi perbankan sesuai kebutuhan nasabah tanpa dibatasi oleh
tempat dan waktu.
Berdasarkan
pada unsur keamanan, walaupun secara garis besar sudah cukup aman karena tidak
perlu membawa uang tunai dalam jumlah besar (pengambilan uang dibatasi
jumlahnya), serta nominal uang yang dapat diambil per hari sangat terbatas, ATM
juga di lengkapi dengan nomor PIN (personal identified number) yang dapat diubah
kapan saja saat diperlukan oleh nasabah. Bank menyarankan nasabah untuk selalu
merubah variasi nomor PIN yang dimiliki. Selain kelebihan-kelebihan yang
dimiliki, ATM juga rentan dengan kesalahan teknis mesin ATM (technical error)
dan kehilangan uang, serta fraud (penyalahgunaan oleh orang yang tidak berhak).
Untuk mengatasi hal tersebut, diharapkan bank hal mengurangi risiko melalui
pengembangan teknologi yang lebih canggih serta memperbaiki keamanan. Mesin ATM
biasanya juga berlokasi ditempat yang strategis dan nyaman, seperti di mall,
pusat perbelanjaan, perkantoran, hotel, ataupun di kantor-kantor bank itu
sendiri. Hal-hal di atas membuat ATM (automated teller machine) dapat
dipersepsikan lebih aman dibandingkan dengan membawa uang kas dalam jumlah besar.
Mengacu pada
unsur likuiditas, maka pemanfaatan ATM akan sangat memudahkan nasabah dalam
mengatur pengelolaan dana. Uang dapat diambil kapan saja, tanpa terikat oleh
waktu karena pada mesin ATM tidak ada penjadwalan waktu kerja, seperi yang
terjadi pada kantor-kantor bank. Ketentuan yang harus diperhatikan tentang
pengelolaan uang pada ATM adalah jumlah uang maksimal yang dapat ditarik pada
suatu waktu tertentu. Biasanya perbankan akan membatasi jumlah uang tunai yang
dapat diambil per hari. Hal ini menyebabkan nasabah harus memperhitungkan
dengan cermat kebutuhan dana, agar tidak kekurangan dana kas pada saat
dibutuhkan.
Aspek lain
adalah kecepatan, dimana melalui ATM, untuk mengambil uang tunai nasabah tidak
perlu untuk mendatangi kantor-kantor bank. Selain itu juga pada saat mengambil
uang tunai di teller, nasabah harus antri bahkan sampai berjam-jam. Saat ini
hampir semua transaksi perbankan dapat dilakukan tanpa harus melakukan tatap
muka dengan karyawan bank.
b
Phone Banking
Phone banking
adalah metode electronic banking dengan menggunakan telepon sebagai media dalam
melakukan transaksi serta meminta informasi-informasi yang di butuhkan nasabah.
Transaksi yang dilakukan bukan merupakan transaksi tunai, tetapi transaksi non
tunai. Jadi aktivitas pada phone banking mencakup informasi rekening, menjawab
pertanyaan-pertanyaan terkait dengan produk dan jasa bank, serta transaksi
keuangan seperti transfer rekening baik dengan rekening antar nasabah pada bank
sendiri (antar cabang) serta transfer pembayaran-pembayaran tagihan seperti
tagihan listrik, PAM, kartu kredit maupun tagihan-tagihan lainnya. Saat ini
bank-bank yang ada banyak mengembangkan call centre terpadu guna memenuhi akan
kebutuhan nasabah untuk phone banking.
Selanjutnya
dengan semakin berkembangnya phone banking, bank-bank saat ini juga melengkapi
kebutuhan nasabah dengan mobile banking. Mobile banking merupakan pemanfaatan
telepon seluler untuk melakukan transaksi perbankan. Berdasarkan segmentasi
nasabah, mobile banking sangat dibutuhkan bagi nasabah dengan mobilitas yang
sangat tinggi. Kemacetan lalulintas yang sangat parah membuat nasabah tidak
mempunyai waktu untuk pergi ke ATM atau kantor cabang bank. Selain itu,
kesulitan dalam mencari lokasi parkir untuk kenderaan pada lokasi ATM dan kantor
bank sangat menyulitkan nasabah. Keuntungan yang diperoleh bank dengan adanya
mobile banking, selain nasabah tidak layani oleh pegawai bank, dalam
bertransaksi nasabah menggunakan telepon seluler sendiri (bank tidak perlu
menyediakan fasilitas fisik), selain itu biaya transaksi ditanggung oleh
nasabah (pulsa).
Untuk
indikator kinerja, dengan mengacu pada unsur keamanan, maka phone banking
sangat aman. Hal ini disebabkan nasabah tidak perlu mendatangi lokasi, baik
lokasi ATM maupun lokasi kantor cabang bank. Selain itu tidak ada uang tunai
yang beredar, dimana risiko kehilangan uang secara fisik tidak ada. Namun
demikian, nasabah harus selalu berhati-hati dan waspada dalam menyimpan PIN dan
data-data pribadi yang dapat disalahgunakan oleh pihak lain. Selanjutnya dengan
mengacu pada unsur likuiditas, maka kebutuhan nasabah untuk mendapatkan atau
menyelesaikan kewajibannya secara cepat, dapat dikatakan sangat likuid. Hal
tersebut disebabkan karena nasabah sangat mudah dalam menyelesaikan transaksi
dengan menggunakan telepon seluler untuk memenuhi kewajibannya, walaupun dalam
kondisi yang mendesak.
Unsur lain
yang perlu diungkapkan adalah kecepatan, dimana melakukan transaksi keuangan
dengan menggunakan phone banking, dapat dipenuhi secara cepat. Proses yang
dilakukan sangat mudah, dengan menggunakan telepon ataupun telepon seluler
dengan nomor yang sudah tercatat pada bank, maka transaksi dapat diselesaikan
dengan sangat cepat.
c
Internet Banking
Penggunaan
internet banking saat ini sudah sangat luas, dimana nasabah sudah merasakan
bahwa internet banking menghasilkan kenyamanan dan akses yang memudahkan
nasabah untuk bertransaksi (John dan Perrot 2008, 469). Internet banking
merupakan penggunaan internet untuk melakukan transaksi non tunai perbankan.
Nasabah membutuhkan user id serta password di dalam melakukan transaksinya.
Internet banking sangat bermanfaat bagi para nasabah maupun bagi bank. Nasabah
dapat bertransaksi secara bebas, tidak terbatas oleh waktu dan lokasi, serta
lebih aman dikarenakan melakukan transaksi di rumah atau di kantor sendiri.
Manfaat bagi bank adalah dapat mengefesienkan biaya pelayanan perbankan.
Mengacu pada
unsur keamanan, maka internet banking sangat aman. Penyebabnya adalah nasabah
tidak perlu mendatangi lokasi, baik lokasi ATM maupun lokasi kantor cabang bank
berada. Selain itu tidak ada uang tunai yang beredar, dimana risiko kehilangan
uang secara fisik tidak ada. Sebaliknya PIN dan data pribadi harus dijaga
dengan baik agar tidak disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Pemenuhan unsur likuiditas dapat diketahui melalui penyelesaian kebutuhan dan
kewajiban nasabah secara cepat, dapat dikatakan sangat likuid. Hal tersebut
disebabkan oleh karena nasabah sangat mudah di dalam menyelesaikan transaksi
dengan menggunakan internet untuk memenuhi kewajibannya, walaupun dalam kondisi
yang mendesak.
Unsur lain
yang juga perlu diungkapkan adalah kecepatan, dimana melakukan transaksi
keuangan dengan menggunakan internet banking, dapat dilakukan dengan sangat
cepat. Tidak ada batasan waktu dan tempat, bahkan dari luar negeri sekalipun.
2.
KUALITAS LAYANAN PERBANKAN
Untuk tetap dapat hidup dalam
situasi persaingan bisnis yang ketat, setiap perusahaan harus dapat
menghasilkan produk yang berkualitas, baik produk berupa barang maupun jasa.
Kualitas jasa berkenaan dengan harapan dan mutu layanan yang dirasakan dari
yang di tawarkan. Banyak perusahaan yang menekankan pada pencapaian tujuan
melalui kualitas layanan. Biasanya, perusahaan yang tidak mengenali hal
tersebut akan mengalami kemunduran usahanya.
American Soceity For Quality
Control dalam Lupiyoadi (2001:144), menyatakan bahwa kualitas adalah
keseluruhan ciri-ciri dan karakteristik-karakteristik dari suatu produk/jasa
dalam hal kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan yang telah ditentukan atau
bersifat laten. Lupiyoadi (2001:148) memaparkan salah satu pendekatan yang
banyak dijadikan acuan dalam riset pemasaran adalah model SERVQUAL (Service
Quality) dalam serangkaian penelitian terhadap enam sektor jasa : reparasi,
peralatan rumah tangga, kartu kredit, asuransi, sambungan telepon jarak jauh,
perbankan ritel, dan pialang sekuritas. SERVQUAL dibangun atas adanya
perbandingan dua faktor utama yaitu persepsi pelanggan atas layanan yang nyata
mereka terima (perceived service) dengan layanan yang sesungguhnya
diharapkan/diinginkan (expected service).
3.
KUALITAS PELAYANAN JASA
(Tjiptono, 2006:51) Kualitas
adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia,
proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Definisi lain mutu
adalah derajat yang dicapai oleh karakteristik yang berkaitan dalam memenuhi
persyaratan, didefinisikan oleh (Lupiyoadi et al, 2006:175). Kualitas sering
dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu produk atau jasa yang terdiri
atas mutu desain dan mutu kesesuaian. Kualitas desain merupakan fungsi
spesifikasi produk, sedangkan mutu kesesuaian adalah suatu ukuran seberapa jauh
suatu produk mampu memenuhi persyaratan atau spesifikasi mutu yang telah
ditetapkan..
Konsep kualitas sendiri pada
dasarnya bersifat relatif, yaitu tergantung dari perspektif yang digunakan
untuk menentukan ciri-ciri dan spesifikasi. Pada dasarnya terdapat tiga
orientasi kualitas yang seharusnya konsisten satu sama lain :
a Persepsi konsumen
b Produk/jasa
c Proses
Untuk yang berwujud barang,
ketiga orientasi ini hampir selalu dapat dibedakan dengan jelas, bahkan
produknya adalah proses itu sendiri. Konsistensi kualitas suatu jasa untuk
ketiga orientasi tersebut dapat menyumbang pada keberhasilan suatu perusahaan
ditinjau dari kepuasan pelanggan, kepuasan karyawan, dan profitabilitas
organisasi.
Untuk dapat mempertahankan
karakter dan komitmen kualitas produk dan jasa yang baik, harus dimengerti akan
pergerakan kualitas produk/jasa. Seberapa besar toleransi biaya yang harus
dikeluarkan dan seberapa besar kualitas telah dinyatakan cukup memuaskan.
Kualitas dapat diartikan sebagai biaya yang dihindari (avoidable) dan yang
tidak dapat dihindari (unavoidaable). Berdasarkan hal itu yang termasuk dalam
biaya yang dihindari misalnya biaya akibat kegagalan produk (product defect and
failure), biaya yang dikeluarkan untuk jam kerja buruh akibat adanya pekerjaan
ulang (rework) yang harus dilaksanakan, biaya perbaikan produk (repair), biaya
yang dikeluarkan untuk suatu proses karena adanya keluhan pelanggan (complaint
processing). Sementara itu, yang termasuk dalam biaya yang tidak dapat
dihindari adalah seperti biaya inspeksi operasional produk (inspection), proses
pengambilan contoh (sampling), proses penyortiran (sorting), dan kegiatan
pengawasan kualitas lainnya (Sviokla).
Selain dari segi biaya
menurut Sviokla dalam Lupiyoadi (2001 :146),kualitas memiliki delapan dimensi
pengukuran yang terdiri dari aspek-aspek berikut :
a Kinerja (Performance). Kinerja di sini merujuk pada karakter produk inti
yang meliputi merek, atribut-aitribut yang dapat diukur, dan aspek-aspek
kinerja individu. Kinerja beberapa produk biasanya didasari oleh preferensi
subjektif pelanggan yang pada dasarnya bersifat umum (universal).
b Keragaman produk (features). Dapat berbentuk produk tanbahan dari suatu produk
inti yang dapat menambah nilai suatu produk. Features suatu produk biasanya
diukur secara subjektif oleh masing-,masing individu (dalam hal ini konsumen)
yang menunjukkan adanya perbedaan kualitas suatu produk/jasa. Dengan demikian,
perkembangan kualitas suatu produk menuntut karakter fleksibilitas agar dapat
menyesuaikan diri dengan permintaan pasar.
c Keandalan (Realibilty). Dimensi ini berkaitan dengan timbulnya kemungkinan
suatu produk mengalami keadaan tidak berfungsi (malfunction) pada suatu
periode. Keandalan suatu produk yang menandakan tingkat kualitas sangat berarti
bagi konsumen dalam memilih produk. Hal ini menjadi semakin penting mengingat
besarnya biaya penggantian dan pemeliharaan yang harus dikeluarkan apabila
produk yang dianggap tidak reliable mengalami kerusakan.
d Kesesuain (Conformance). Dimensi lain yang berhubungan dengan kualitas suatu
barang adalah kesesuaian produk dengan standar dalam industrinya. Kesesuian
suatu produk dalam industri jasa diukur dari tingkat akurasi dan waktu
penyelesaian termasuk juga perhitungan kesalahan yang terjadi, keterlambatan
yang tidak dapat diantisipasi dan beberapa kesalahan lain.
e Daya tahan/Ketahanan (Duralibilty). Ukuran ketahanan suatu produk meliputi segi
ekonomis maupun teknis. Secara teknis, ketahanan suatu produk didefinisikan
sebagai sejumlah kegunaan yang diperoleh oleh seseorang sebelum mengalami
penurunan kualitas.
f Kemampuan pelayanan (Serviceability). Kemampuan pelayanan bisa juga disebut
dengan kecepatan, kompetensi, kegunaan, dan kemudahan produk untuk diperbaiki.
g Estetika (Aesthetics). Merupakan
dimensi pengukuran yang paling subjektif. Estetika suatu produk dilihat
melalui bagaimana suatu produk terdengar oleh konsumen, bagaimana tampak luar
suatu produk, rasa, maupun bau.
h Kualitas yang dipersepsikan (Perceived quality). Konsumen tidak selalu
memiliki informasi yang lengkap mengenai atribut-atribut produk dan jasa.
Kualitas pelayanan merupakan
suatu pernyataan tentang sikap, hubungan yang dihasilkan dari perbandingan
antara ekspektasi (harapan) dengan kinerja (hasil) (Usmara,2003:231). Definisi
lain kualitas pelayanan adalah ukuran sejauh mana suatu pelayanan yang
diberikan dapat memenuhi harapan pelanggan (Assegaf.2009: 173). Kualitas
pelayanan adalah upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta
ketetapan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan (Tjiptono.2006 :
59).
Menurut Tjiptono (2006:59),
kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian
atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan atau
nasabah. Dengan kata lain ada “dua faktor utama mempengaruhi kualitas jasa,
yaitu expected service dan perceived service atau kualitas jasa yang
diharapkan, dan kualitas jasa yang diterima atau dirasakan. Apabila jasa yang
diterima atau dirasakan sesuai dengan yang diharapkan maka kualitas jasa
dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa yang diterima atau dirasakan
melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa yang diperspsikan sebagai
kualitas yang ideal. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah daripada
yang diharapkan maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas yang buruk.
Kualitas harus dimulai dari
kebutuhan nasabah dan berakhir pada persepsi nasabah. Hal ini berarti bahwa citra kualitas yang baik, bukan
berdasarkan sudut pandang atau persepsi pihak penyedia jasa, melainkan
berdasarkan sudut pandang atau persepsi pelanggan. Pelangganlah yang menentukan
berkualitas atau tidaknya suatu pelayanan jasa. Dengan demikian baik tidaknya
kualitas jasa tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan
pelanggannya secara konsisten.
4.
NASABAH
Menurut undang-undang no. 10
Tahun 1998 tentang pokok perbankan pasal
1, mendefinisikan nasabah sebagai berikut: “Nasabah adalah pihak yang
menggunakan jasa bank. Nasabah penyimpan adalah nasabah yang menempatkan
dananya dibank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah
yang bersangkutan.
Menurut Yamit (2002 : 75)
mendefinisikan nasabah adalah orang yang berinteraksi dengan perusahaan setelah
proses produksi selesai, karena mereka adalah pengguna produk. Sedangkan
menurut Kasmir (2005 : 94) bahwa : “Nasabah merupakan konsumen yang membeli
atau menggunakan produk yang dijual atau ditawarkan oleh bank”.
5.
KEPUASAN NASABAH
Sampai hari ini, kepuasan
nasabah masih merupakan konsep yang sangat relevan. Logika sederhana dari para
pelaku bisnis adalah bahwa apabila nasabahnya puas, pastilah akan terjadi
sesuatu yang lebih baik untuk bisnis mereka di masa mendatang. Tak perlu mereka
mengerti bagaimana teori kepuasan nasabah diformulasikan dan tak perlu mereka
tahu bahwa teori kepuasan nasabah masih sampai hari ini didebatkan secara
serius. Kepuasan nasabah akan mempengaruhi kinerja keuangan setiap perusahaan.
Ini logika dan pengalaman sehari-hari dalam menjalankan bisnis membuktikan hal
ini.
Kepuasan nasabah telah
menjadi konsep sentral dalam teori dan praktik pemasaran, serta merupakan salah
satu tujuan esensial bagi aktivitas bisnis. Kepuasan nasabah berkonstribusi
pada sejumlah aspek krusial, seperti terciptanya loyalitas nasabah,
meningkatnya reputasi perusahaan, berkurangnya elastisitas harga, berkurangnya
biaya transaksi masa depan dan meningkatnya efisiensi dan produktivitas
karyawan.
Pentingnya kepuasan nasabah
berkaitan dengan persaingan yang makin ketat, serta tingkat kerugian dan
keuntungan perusahaan. Khusus alasan yang terakhir, keuntungan, memang tidak
selalu ditentukan oleh faktor kepuasan nasabah, tetapi juga oleh kepercayaan
dan kesetiaan nasabah terhadap suatu produk dan perusahaan. Bebarapa faktor itu
jelas saling mempengaruhi karena di tengah ketatnya persaingan, kesetiaan
nasabah menjadi hal yang sangat sulit dipertahankan. Irawan (2004 : 3)
berpendapat bahwa : ”Kepuasan nasabah adalah hasil akumulasi dari konsumen atau
nasabah dalam menggunakan produk atau jasa.”
Oleh karena itu, setiap
transaksi atau pengalaman baru, akan memberikan pengaruh terhadap kepuasan
nasabah. Dengan demikian, kepuasan nasabah mempunyai dimensi waktu karena hasil
akumulasi. Karena itu, siapa pun yang terlibat dalam urusan keputusan nasabah,
ia telah melibatkan diri dalam urusan jangka panjang. Upaya memuaskan nasabah
adalah pengalaman panjang yang tidak mengenal batas akhir.
Menurut Supranto (2001 :
233) mengemukakan bahwa ”Kepuasan
nasabah adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja/hasil
yang dirasakannya dengan harapannya.” Selanjutnya Tjiptono (2009 : 146)
memberikan definisi ”Kepuasan nasabah
merupakan evaluasi purnabeli di mana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya
memberikan hasil (outcome) sama atau melampaui harapan nasabah.”
Berdasarkan definisi di
atas, maka ada kesamaan yaitu menyangkut komponen kepuasan nasabah (harapan dan
kinerja/hasil yang dirasakan). Umumnya harapan nasabah merupakan perkiraan atau
keyakinan nasabah tentang apa yang akan diterimanya bila ia membeli atau
mengkonsumsi suatu produk (barang atau jasa). Sedangkan kinerja yang dirasakan
adalah persepsi nasabah terhadap apa yang ia terima setelah mengkonsumsi produk
yang dibeli.
Kepuasan nasabah telah
menjadi konsep sentral dalam teori dan praktik pemasaran, serta merupakan salah
satu tujuan esensial bagi aktivitas bisnis. Kepuasan nasabah berkontribusi pada
sejumlah aspek krusil, seperti terciptanya loyalitas nasabah, meningkatnya
reputasi perusahaan, berkurangnya elastisitas harga, berkurangnya biaya
transaksi masa depan, dan meningkatnya efisiensi dan produktivitas karyawan. Di
samping itu kepuasan nasabah juga dipandang sebagai salah satu indikator
terbaik untuk laba masa depan. Fakta bahwa menarik nasabah baru jauh lebih
mahal daripada mempertahankan nasabah saat ini juga menjadi salah satu pemicu
meningkatnya perhatian pada kepuasan nasabah.
Terlepas dari perdebatan
mengenai konsepnya, realisasi kepuasan nasabah melalui perencanaan,
pengimplementasian, dan pengendalian program khusus berpotensi memberikan
beberapa manfaat pokok, di antaranya sebagai berikut :
a Reaksi terhadap produsen
berbiaya rendah
Persaingan dalam banyak industri ditandai dengan
overcapacity dan oversupply. Dalam berbagai kasus, hal ini menyebabkan
pemotongan harga menjadi senjata strategis untuk meraih pengsa pasar. Fokus
pada kepuasan nasabah merupakan upaya mempertahankan nasabah dalam rangka
menghadapi para produsen berbiaya rendah. Banyak perusahaan yang mendapati
cukup banyak nasabah yang bersedia membayar harga lebih mahal untuk pelayanan
dan kualitas yang lebih baik. Konsumen seperti ini tidak akan mengorbankan
tingkat kualitas yang bisa diterima hanya semata-mata untuk penghematan biaya
tertentu yang tidak begitu signifikan.
b Manfaat ekonomis retensi
nasabah versus perpetual prospecting.
Berbagai studi menunjukkan bahwa mempertahankan dan
memuaskan nasabah saat ini jauh lebih murah daripada terus-menerus berupaya
menarik atau memprospek nasabah baru.
c Nilai kumulatif dari relasi
berkelanjutan
Berdasarkan konsep "customer lifetime
value", upaya mempertahankan loyalitas nasabah terhadap produk dan jasa
perusahaan selama periode waktu yang lama bisa menghasilkan anuitas yang jauh
lebih besar daripada pembelian individual.
d Daya persuasif gethok tular
(word of mouth)
Dalam banyak industri (terutama sektor jasa),
pendapat/opini positif dari teman dan keluarga jauh lebih persuasif dan
kredibel daripada iklan. Oleh sebab itu, banyak perusahaan yang tidak hanya
meneliti kepuasan total, namun juga menelaah sejauh mana nasabah bersedia
merekomendasikan produk perusahaan kepada orang lain.
e Reduksi sensitivitas harga
Nasabah yang puas dan loyal terhadap sebuah
perusahaan cenderung lebih jarang menawar harga untuk setiap pembelian
individualnya. Hal itu disebabkan faktor kepercayaan (trust) telah berbentuk.
Nasabah yakin bahwa perusahaan langganannya tidak akan bersikap oportinistik
dan memanfaatkan mereka untuk kepentingan sesaat. Dalam banyak kasus, kepuasan
nasabah mengalihkan fokus pada harga ke pelayanan dan kualitas.
f Kepuasan nasabah sebagai
indikator kesuksesan bisnis di masa depan.
Pada hakikatnya kepuasan nasabah merupakan strategi
jangka panjang, karena dibutuhkan waktu cukup lama sebelum bisa membangun dan
mendapatkan reputasi atas layanan prima. Seringkali, juga dituntut investasi
besar pada serangkaian aktivitas yang ditujukan untuk membahagiakan nasabah
saat ini dan masa depan. Program kepuasan nasabah relatif mahal dan tidak
mendatangkan laba dalam jangka pendek. Akan tetapi, hasilnya bisa dituai dalam
jangka panjang dan manfaat tersebut dapat bertahan lama.
Oleh karena itu, kepuasan
nasabah merupakan indikator kesuksesan bisnis di masa depan yang mengukur
kecenderungan reaksi nasabah terhadap perusahaan di masa yang akan datang.
Tidak ada satupun ukuran tunggal ”terbaik” mengenai kepuasan nasabah yang
disepakati secara universal. Meskipun demikian, ditengah beragamnya cara
mengukur kepuasan nasabah, terdapat kesamaan paling tidak dalam enam konsep
inti mengenai objek pengukuran sebagai berikut :
a Kepuasan Nasabah Keseluruhan
(Overall Customer Satisfaction).
Cara yang paling sederhana untuk mengukur kepuasan
nasabah adalah langsung menanyakan kepada nasabah seberapa puas mereka dengan
produk atau jasa spesifik tertentu. Biasanya ada dua bagian dalam proses
pengukurannya. Pertama, mengukur tingkat kepuasan nasabah terhadap produk dan /
atau jasa perusahaan bersangkutan. Kedua, menilai dan membandingkannya dengan
tingkat kepuasan nasabah keseluruhan terhadap produk dan / atau jasa para
pesaing.
b Dimensi Kepuasan Nasabah
Berbagai penelitian memilah kepuasan nasabah ke
dalam komponen-komponennya. Umumnya, proses semacam ini terdiri atas empat
langkah. Pertama, mengidentifikasi dimensi-dimensi kunci kepuasan nasabah.
Kedua, meminta nasabah menilai produk dan / atau jasa perusahaan berdasarkan
item-item spesifik, seperti kecepatan layanan, fasilitas layanan, atau
keramahan staf layanan nasabah. Ketiga, meminta nasabah menilai produk dan /
atau jasa pesaing berdasarkan item-item spesifik yang sama. Dan keempat, meminta
para nasabah untuk menentukan dimensi-dimensi yang menurut mereka paling
penting dalam menilai kepuasan nasabah keseluruhan.
c Konfirmasi Harapan
(Confirmation of Exectations)
Dalam konsep ini, kepuasan tidak diukur langsung,
namun disimpulkan berdasarkan kesesuaian/ketidaksesuaian antara harapan nasabah
dengan kinerja aktual produk perusahaan pada sejumlah atribut atau dimensi
penting.
d Minat Pembelian Ulang
(Repurchase Intent)
Kepuasan nasabah diukur secara behavioral dengan
jalan menanyakan apakah nasabah akan berbelanja atau menggunakan jasa
perusahaan lagi.
e Kesediaan Untuk
Merekomendasikan (Willingness to Recommend)
Dalam kasus produk yang pembelian ulangnya relatif
lama atau bahkan hanya terjadi satu kali pembelian, kesediaan nasabah untuk
merekomendasikan produk kepada teman atau keluarganya menjadi ukuran yang
penting untuk dianalisis dan ditindaklanjuti.
f Ketidakpuasan Nasabah
(Customer Dissatisfaction)
Beberapa macam aspek yang sering ditelaah guna
mengetahui ketidakpuasan nasabah, meliputi :
1) Komplain
2) Retur atau pengembalian
produk
3) Biaya garansi
4) Product recall (penarikan
kembali produk dari pasar)
5) Defections (konsumen yang
beralih ke pesaing)
6.
HUBUNGAN DELIVERY CHANNEL DENGAN KEPUASAN NASABAH
Hubungan kualitas Delivery
Channel dengan kepuasan nasabah tidak terlepas dari kreativitas layanan perbankan.
Untuk mewujudkan suatu layanan yang berkualitas yang bermuara pada kepuasan
nasabah, maka pihak bank harus mampu mengidentifikasi siapa nasabahnya sehingga
akan mampu memahami tingkat persepsi dan harapan atas kualitas yang diberikan.
Hal ini penting karena kepuasan nasabah merupakan perbandingan antara persepsi
dengan harapan nasabah terhadap pelayanan yang dirasakan.
PT. Bank Negara Indonesia
selaku salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang perbankan, dimana dalam
menjalankan aktifitas usahanya nampak mengalami peningkatan. Terjadinya
peningkatan yang dicapai oleh perusahaan tak luput dari kepuasan nasabah atas
layanan yang diberikan oleh bank tersebut. Oleh karena itu, sebagai timbal
balik (feed back) maka perusahaan perlu memperhatikan mengenai kualitas layanan
agar nasabah merasa puas dengan dengan layanan yang diberikan dan akan
memberikan profit bagi perusahaan
7.
METODE PENGUKURAN TINGKAT
KEPUASAN
Ada beberapa metode yang
digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan (termasuk perusahaan
pelanggan pesaing). Salah satunya metode yang dikembangkan oleh Kotler (2002)
yang mengemukakan 4 metode pengukuran yaitu sebagai berikut :
a Sistem keluhan dan saran
Setiap perusahaan yang berorientasi pada pelanggan
perlu memberikan kesempatan seluas-luasnnya bagi pelanggannya untuk
menyampaikan saran, pendapat, dan keluhannya. Media yang digunakan dapat berupa
kotak saran, kartu komentar via pos, saluran telepon khususnya (hotline
service) dan sebagainya. Informasi yang diperoleh melalui ini dapat diperoleh
melalui ini dapat memberikan ide-ide baru dan masukan berharga bagi perusahaan
serta dapat memberikan respon yang cepat dan tanggapan terhadap permasalahan yang
timbul.
Kelemahan metode ini cenderung bersifat pasif,
sehingga sulit mendapatkan gambaran lengkap mengenai kepuasan dan ketidakpuasan
pelanggan. Tidak semua pelanggan yang tidak puas akan menyampaikan keluhannya,
boleh jadi mereka langsung beralih pemasok dan
tidak akan menggunakan lagi jasa perusahaan tersebut.
Upaya mendapatkan saran (terutama saran yang
berkualitas) dari pelanggan juga sulit diwujudkan dengan metode ini, apalagi
jika perusahaan tidak memberikan timbal balik yang memadai bagi pelanggan yang
telah bersusah payah “berfikir” dengan menyumbangkan ide untuk kebaikan
perusahaan.
b Survei kepuasan pelanggan
Peneliti dengan menggunakan metode survey dapat
dilakukan melalui pos, wawancara, (langsung atau via telepon). Perusahaan akan
memperoleh tanggapan dan umpan balik secara langsung dari pelanggan dan
sekaligus memberikan tanda (signal) positif bahwa perusahaan menaruh perhatian
terhadap pelanggannya.
Pengukuran kepuasan pelanggan melalui metode ini
dapat dilalui dengan berbagai cara, diantaranya directly reported satisfaction
(responden diminta menyampaikan secara langsung puas atau tidak dalam skala
tertentu), direved dissatisfaction (responden diminta menyampaikan secara
besarnya harapan dan besarnya kinerja yang dirasakan), problem analysis
(responden diminta menyampaikan permasalahannya dalam penawaran dan saran-saran
untuk solusinya), dan importance performance analysis (responden diminta
meranking kinerja perusahaan pada masing-masing atribut).
c Pembelanja siluman (Ghost
shopping)
Metode ini dilaksanakan dengan cara memperkerjakan
beberapa orang (ghost shopper) untuk berperan atau
bersikap sebagai pelanggan potensial produk perusahaan dan produk pesaing,
kemudian menyampaikan temuannya mengenai kekuatan dan kelemahan produk
perusahaan dan produk pesaing berdasarkan pengalamannya. Selain itu ghost
shopper mengamati dan menilai cara perusahaan menjawab pertanyaan pelanggan dan
menangani setiap keluhan.
d Analisis pelanggan yang
hilang
Perusahaan berusaha menghubungi para pelanggannya
yang telah berhenti atau beralih ke perusahaan pesaing, dengan harapan akan
memperoleh informasi penyebab terjadinya hal tersebut. Informasi ini sangat
bermanfaat bagi perusahaan untuk mengambil kebijakan selanjutnya dalam rangka
meningkatkan kepuasan pelanggan dengan harapan dapat menjadi pelanggan yang
loyal.
DIKUTIP DARI :
Assegaff,
Mohammad. 2009. “Pengaruh Kualitas
Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan (Studi Pada Perusahaan Penerbangan PT.
Garuda Di Kota Semarang)”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 10. No.2. Juli. Hal
. 171-186. Unisulla Semarang. Semarang.
Damayanti. Nurul. 2012. Analisis Pengaruh Kualitas Layanan
SMS Banking Bank BNI Terhadap Loyalitas Nasabah Di Kota Makassar.
Diakses pada tanggal 05 Februari 2015.
Hasibuan, Malayu. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta
: PT. Bumi Aksara
Herawati, Jajuk dan Prayekti.
2011. Pengaruh
Dimensi Internet Banking Service Quality Dan Kepercayaan Nasabah Terhadap
Kepuasan Nasabah (Penelitian Empiris
terhadap Nasabah Internet Banking di Kota Yogyakarta). Diakses pada
tanggal 05 Februari 2015.
Irawan, Handi, 2004, 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan, cetakan
kelima, Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
John. Raechel., Perrot Bruce. 2008. The Impact of Internet banking on Bussiness
Customer Relationships. Vol 26. No.7 p 465-482 (diakses pada tanggal 30
November 2014 )
Kasmir. 2005, Etika Customer Service, edisi pertama,
cetakan pertama, Penerbit : Raja Grafindo Persada, Jakarta
2008. Pemasaran Bank, Jakarta:
Kencana Preanda Media Grup.
Kotler, Philip,
2002, Manajemen Pemasaran, terjemahan
Hendra Teguh, edisi millenium, cetakan pertama, Penerbit : PT. Prenhatindo,
Jakarta
Lupiyoadi, Rambat
dan Hamdani. 2001. Manajemen Pemasaran
Jasa. Edisi Pertama. Salemba Empat. Jakarta
Supranto, 2001, Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan,
Untuk Menaikkan Pangsa Pasar, Jakarta : cetakan kedua, Rineka Cipta.
Tjiptono, Fandy.
2006. Manajemen Jasa. Edisi Keempat.
Andi. Yoyakarta
Tjiptono, Fandy dan Gregorius
Chandra, 2005, Service, Citra Wisata dan
Satisfaction, Yogyakarta : Andi
Totok. Sugiharto dan Lenny
Camelia. 2006. Analisis
Tingkat Kepentingan dan Kinerja Layanan Automatic Teller Machine (ATM) Bank
Mandiri. Diakses pada tanggal 05 Februari 2015.
Usmara. 2003. Manajemen Pemasaran. Cetakan Pertama.
Amara Books. Yogjakarta
Zulian, Yamit,
2002, Manajemen Kualitas Jasa, edisi
pertama, cetakan pertama, Penerbit : Ekonosia, Jakarta
Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
No comments:
Post a Comment