TINJAUAN PUSTAKA
PENGARUH MUTASI TERHADAP MOTIVASI DAN
KINERJA KARYAWAN
1.PENGERTIAN MUTASI
Suatu perusahaan dapat mencapai tujuannya
dengan sempurna apabila tenaga kerja yang dimilikinya diberikan kesempatan
dalam mengembangkan karir dan meningkatkan kemampuan kerjanya terutama melalui
mutasi yang tepat.
Dengan dilakukannya mutasi, karyawan dapat
memperoleh pengalaman yang lebih luas dari posisi atau jabatannya yang baru,
serta dapat memperbaiki motivasi dan kepuasan kerja karena telah bekerja pada
tempat yang sesuai, yang dapat mencegah kebosanan karyawan.
Menurut Manullang (2004:157) mutasi adalah
pemindahan pegawai dari jabatan satu ke jabatan lainnya, baik jabatan itu sama
tingkatan uang atau upahnya, lebih tinggi ataupun lebih rendah dari pada
semula.
Adapun pendapat lainnya terkait mutasi adalah
menurut Hasibuan (2012:103) bahwa mutasi adalah suatu perubahan
posisi/jabatan/tempat/pekerjaan yang dilakukan baik secara horizontal maupun
vertikal di dalam satu organisasi.
Tidak hanya
itu, pengertian lain tentang mutasi menurut Sastrohadiwiryo (2002:9)
yang mengemukakan bahwa “rotasi jabatan adalah kegiatan
ketenagakerjaan yang berhubungan dengan proses pemindahan fungsi, tanggungjawab
dan status ketenagakerjaan tenaga kerja ke situasi tertentu dengan tujuan agar
tenaga kerja yang bersangkutan memperoleh kepuasan kerja yang mendalam dan
memberikan prestasi kerja yang semaksimal mungkin kepada perusahaan”.
Dari beberapa pendapat tersebut, maka penulis
menarik kesimpulan bahwa mutasi merupakan suatu proses peralihan jabatan baik
dari segi vertikal maupun horizontal untuk mendapatkan posisi yang sesuai, yang
dilakukan demi pengembangan karir karyawan.
Menurut Hasibuan (2012:102), ada tiga
dasar/landasan pelaksanaan mutasi karyawan, yaitu:
a Merit System, yaitu mutasi karyawn yang didasarkan
atas landasan yang bersifat ilmiah, objektif dan hasil prestasi kerja. Dasar
dari mutasi ini adalah:
1) Output dan produktifitas kerja meningkat.
2) Semangat kerja meningkat.
3) Jumlah kesalahan yang dibuat menurun.
4) Absensi dan disiplin karyawan semakin baik.
5) Jumlah kecelakaan akan menurun.
b Seniority System, yaitu mutasi yang didasarkan
atas landasan masa kerja, usia, pengalaman kerja dari karyawan yang
bersangkutan.
c Spoiled System, yaitu mutasi yang didasarkan
atas landasan kekeluargaan dan pertimbangan suka atau tidak suka.
2.RUANG LINGKUP MUTASI
Menurut Hasibuan (2012:104), ruang lingkup
mutasi mencakup semua perubahan posisi/ pekerjaan/ tempat karyawan, baik secara
horizontal maupun vertikal (promosi/demosi) yang dilakukan karena alasan
personal transfer atau production transfer di dalam suatu organisasi.
Mutasi ini merupakan penempatan kembali
(replacement) karyawan ke posisi tempat yang baru sehingga kemampuan dan
kecakapan kerjanya semakin baik, mencakup mutasi secara horizontal dan
vertikal.
a Mutasi
horizontal (job
rotation/transfer) artinya perubahan tempat atas jabatan karyawan
tetapi masih pada ranking yang sama di dalam organisasi itu. Mutasi horizontal
mencakup ”mutasi tempat dan mutasi jabatan”.
1) Mutasi tempat (tour of area) adalah perubahan
tempat kerja, tetapi tanpa perubahan jabatan/ posisi/ golongannya. Sebabnya
adalah karena rasa bosan atau tidak cocok pada
suatu tempat baik karena
kesehatan maupun pergaulan yang kurang baik.
2) Mutasi jabatan (tour of duty) adalah perubahan
jabatan atau penempatan pada posisi semula.
b Mutasi cara vertikal adalah perubahan
posisi/jabatan/ pekerjaan, promosi atau demosi, sehingga kewajiban dan
kekuasaannya juga berubah. Promosi memperbesar authority dan responsibility,
sedangkan demosi mengurangi authorirty dan responsibility seorang karyawan.
Jadi promosi berarti menaikan pangkat/jabatan, sedangkan demosi adalah
penurunan pangkat/jabatan.
3.SEBAB DAN ALASAN MUTASI
Menurut Hasibuan (2012:104) “sebab-sebab
mutasi digolongkan atas dua, yakni permintaan sendiri (personel transfers) dan
alih tugas produktif/ATP (production transfers)”.
Mutasi atas permintaan sendiri adalah mutasi
yang dilakukan atas keinginan sendiri dari karyawan yang bersangkutan dan
dengan mendapat persetujuan pimpinan organisasi. Mutasi permintaan sendiri pada
umumnya peringkatnya sama, dalam artian bahwa kekuasaan dan tanggung jawab
serta besarnya balas jasa tetaplah sama.
Dalam mengajukan permintaan mutasi sendiri
karyawan dapat menggunakan cara, yaitu dengan mengemukakan alasan-alasannya
kepada pimpinan organisasi sebagai berikut :
a Kesehatan : misalnya fisik karyawan kurang
mendukung untuk melaksanakan pekerjaan. Misalnya dinas luar, mohon dimutasi
menjadi dinas malam.
b Keluarga : misalnya untuk merawat orang tua
yang sudah lanjut usianya.
c Kerjasama : misalnya tidak dapat bekerja sama
dengan karyawan lainnya karena terjadi pertengkaran atau perselisihan.
Sedangkan alih tugas produktif adalah mutasi
karena kehendak pimpinan perusahaan untuk meningkatkan produksi dengan
menempatkan karyawan bersangkutan ke jabatan atau pekerjaan yang sesuai dengan
kecakapannya.
ATP didasarkan pada hasil penilaian prestasi
kerja karyawan, dilihat dari kecakapan, kemampuan, sikap dan kedisiplinan. ATP
ini bersifat mutasi vertikal (promosi/demosi), dimana karyawan yang berprestasi
baik dipromosikan, sedang karyawan yang tidak berprestasi dan tidak disiplin
didemosikan.
Berbeda dengan pendapat Hasibuan, menurut
Simamora (2004:640) tujuh hal sebab terjadinya mutasi, adalah:
a Karyawan dengan riwayat kinerja yang rendah
atau perilaku bermasalah yang tidak ingin lagi dipertahankan oleh kepala
departemennya.
b Karena praktik penempatan karyawan yang tidak
sempurna, ketidakcocokan pekerjaan bisa saja terjadi.
c Seorang karyawan yang dapat menjadi tidak puas
dengan sebuah pekerjaan karena satu atau berbagai alasan.
d Beberapa organisasi kadang-kadang memulai
transfer untuk pengembangan karyawan yang lebih lanjut.
e Perusahaan sering menjumpai perlunya
reorganisasi.
f Membuat posisi-posisi tersedia dalam saluran
promosi utama.
g Memuaskan hasrat pribadi karyawan.
4.MANFAAT DAN TUJUAN MUTASI
Pelaksanaan mutasi sangatlah bermanfaat untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja dalam suatu perusahaan. Dengan
adanya mutasi tersebut diharapkan dapat memberikan kejelasan terkait uraian,
sifat serta lingkungan pekerjaan dan juga alat-alat kerja yang cocok bagi
karyawan yang bersangkutan sehingga dapat bekerja secara optimal demi mencapai
tujuan perusahaan.
Menurut Hasibuan (2012:102) tujuan mutasi
antara lain :
a Meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
b Untuk menciptakan keseimbangan antara kerja
dengan komposisi pekerjaan/jabatan.
c Untuk memperluas atau menambah pengetahuan
karyawan.
d Untuk menghilangkan rasa bosan/jenuh karyawan
terhadap pekerjaannya.
e Untuk memberikan perangsang agar karyawan mau
berupaya meningkatkan karir yang lebih tinggi.
f Untuk pelaksanaan hukuman/sanksi atas
pelanggaran yang dilakukannya.
g Untuk memberikan pengakuan/imbalan terhadap
prestasinya.
h Sebagai alat pendorong agar spirit kerja
meningkat melalui persaingan terbuka.
i
Untuk
tindakan pengamanan yang lebih baik.
j
Untuk
menyesuaikan pekerjaan dengan kondisi fisik karyawan.
k Untuk mengatasi perselisihan antara sesama
karyawan.
5.CARA-CARA MUTASI
Ada dua cara mutasi yang dilakukan dalam
organisasi menurut Hisabuan (2012:103) yaitu cara tidak ilmiah dan cara ilmiah
yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Mutasi dengan cara tidak ilmiah dilakukan:
1) Tidak didasarkan atas norma/standar kriteria
tertentu.
2) Berorientasi semata-mata kepada masa kerja dan
jasa, bukan atas prestasi atau faktor-faktor riil.
3) Berorientasi kepada banyaknya anggaran
yang tersedia
4) bukan atas kebutuhan riil karyawan.
5) Berdasarkan atas spoil system.
2) Mutasi dengan cara ilmiah dilakukan:
1) Berdasarkan norma atau standar kriteria
tertentu, seperti analisis pekerjaan.
2) Berorientasi pada kebutuhan yang riil/ nyata.
3) Berorientasi pada formasi riil kepegawaian.
4) Berorientasi kepada tujuan yang beraneka
ragam.
5) Berdasarkan objektifitas yang dapat
dipertanggung jawabkan.
6.MOTIVASI
Menurut Hasibuan (dalam buku Sutrisno
2009:110), motivasi mempersoalkan bagaimana cara mendorong gairah kerja
bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan
keterampilan untuk mewujudkan tujuan perusahaan.
Motivasi yang berasal dari kata dasar motif
sering kali disamakan dengan dorongan. Pendapat tersebut didukung oleh Jones
(dalam buku Sutrisno 2009:110) yang mengatakan bahwa motivasi mempunyai kaitan
dengan suatu proses yang membangun dan memelihara perilaku ke arah suatu tujuan.
Menurut Hasibuan (dalam buku Sutrisno
2009:110), mengemukakan bahwa motif adalah suatu perangsang keinginan dan daya
penggerak kemauan bekerja seseorang karena setiap motif mempunyai tujuan
tertentu yang ingin dicapai. Adapun menurut Siagian (2007) yang mengatakan
bahwa motif adalah keadaan jiwa yang mendorong, mengaktifkan dan menggerakkan
dan motif itulah yang mengarahkan dan menyalurkan prilaku, sikap dan tindak
tanduk seseorang yang selalu dikaitkan dengan pencapaian tujuan, baik tujuan
organisasi maupun tujuan pribadi masing-masing anggota organisasi.
Menurut Sutrisno (2009:111), motivasi memiliki
komponen, yakni komponen dalam dan luar. Dimana komponen dalam ialah perubahan
dalam diri seseorang, keadaan merasa tidak puas dan ketegangan psikologis.
Sedangkan komponen luar ialah apa yang diinginkan seseorang atau tujuan yang
menjadi arah tingkah lakunya.
Menurut Rivai (2004:455) definisi motivasi
adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk
mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu. Dengan berbagai
pengertian yang hadir tentang motivasi, dapat disimpulkan bahwa motivasi
merupakan sumber semangat yang menggerakkan dan mengarahkan seseorang untuk
sampai pada tujuan keinginannya.
Menurut Hasibuan (2012:97) tujuan dari
pemberian motivasi bagi perusahaan adalah:
a Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan.
b Meningkatkan kepuasan kerja karyawan.
c Meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
d Mempertahankan loyalitas dan kestabilan
karyawan perusahaan.
e Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan
tingkat absensi karyawan.
7.CIRI-CIRI MOTIF
Beberapa orang berbuat sesuatu namun tidak
tahu untuk apa perbuatan itu dilakukan. Adapun beberapa ciri-ciri motif
individu menurut Sutrisno (2009:115) ialah sebagai berikut:
a Motif adalah majemuk, maksudnya dalam suatu
perbuatan tidak hanya mempunyai satu tujuan tetapi beberapa tujuan yang
berlangsung bersama-sama
b Motif dapat berubah-ubah, maksudnya motif
seseorang mengalami perubahan karena keinginan manusia selalu berubah sesuai
dengan kebutuhan atau kepentingannya.
c Motif berbeda-beda bagi individu, maksudnya
walaupun dua orang melakukan pekerjaan yang sama, namun terdapat motif yang
berbeda.
d Beberapa
motif tidak disadari
oleh individu, maksudnya banyak tingkah laku manusia yang
tidak disadari oleh pelaku yang bersangkutan.
8.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
MOTIVASI
Menurut Sutrisno (2009:116) motivasi sebagai
proses psikologis dalam diri seseorang akan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain:
a Faktor Intern. Faktor internal yang dapat
mempengaruhi pemberian motivasi pada seseorang adalah:
1) Keinginan untuk dapat hidup yang merupakan kebutuhan
setiap manusia yang hidup dimuka bumi ini, seperti kompensasi yang memadai,
pekerjaan tetap dan kondisi kerja yang aman.
2) Keinginan untuk dapat memiliki benda yang
dapat mendorong seseorang untuk mau melakukan pekerjaan, seperti ingin memiliki
sepeda motor.
3) Keinginan untuk memperoleh penghargaan atas
status sosial yang tinggi sehingga diakui dan dihargai oleh orang lain.
4) Keinginan untuk memperoleh pengakuan dalam hal
prestasi kerja, hubungan kerja yang kompak, pimpinan yang adil dan perusahaan
tempat bekerja yang dihargai masyarakat.
5) Keinginan
untuk berkuasa akan
mendorong seseorang untuk bekerja namun terkadang menggunakan cara yang
tidak terpuji.
b Faktor Ekstern. Faktor ekstern yang juga tidak
kalah peranannya dalam melemahkan motivasi kerja seseorang adalah:
1) Kondisi lingkungan kerja yang meliputi tempat
bekerja, fasilitas dan alat bantu pekerjaan, kebersihan, pencahayaan,
ketenangan termasuk juga hubungan kerja antara orang-orang yang ada di tempat
tersebut.
2) Kompensasi yang memadai untuk menghidupi diri
beserta keluarganya.
3) Supervisi yang baik, yang dapat memberikan
pengarahan dan membimbing karyawan agar dapat melakukan pekerjaan dengan baik
tanpa membuat kesalahan.
4) Adanya jaminan pekerjaan dari perusahaan untuk
masa depan, baik berupa promosi jabatan, pangkat maupun jaminan pemberian
kesempatan untuk mengembangkan potensi diri.
5) Status dan tanggung jawab dari suatu jabatan
menjadi dambaan bagi setiap karyawan karena status dan kedudukan merupakan
dorongan untuk memenuhi kebutuhan sense of achievement dalam tugas sehari-hari
6) Peraturan yang fleksibel mengenai hak dan
kewajiban karyawan, pemberian kompensasi, promosi, mutasi dan sebagainya dapat
memberikan motivasi bagi karyawan untuk bekerja lebih baik.
9.TEORI-TEORI MOTIVASI
Menurut Sutrisno (2009:121) teori motivasi
dikelompokkan dua aspek, yaitu teori kepuasan dan motivasi proses. Teori
kepuasan memusatkan perhatian pada faktor-faktor dalam diri yang menguatkan
mengarahkan, mendukung dan menghentikan perilakunya. Teori ini mencoba menjawab
pertanyaan kebutuhan apa yang memuaskan dan mendorong semangat bekerja
seseorang.
Teori motivasi kepuasan yang paling dikenal
adalah milik Abraham H. Maslow yang mengemukakan bahwa kebutuhan manusia itu
dapat diklasifikasikan ke dalam lima hierarki kebutuhan yaitu, self actualization, esteem, affiliation,
safety, physiological :
a Kebutuhan fisiologis (physiological) adalah kebutuhan paling dasar untuk mempertahankan
hidup dari kematian seperti makan, minum, perumahan, oksigen, tidur dan
sebagainya.
b Kebutuhan rasa aman (safety) adalah kebutuhan kedua setelah kebutuhan utama terpenuhi.
Kebutuhan ini menyangkut rasa aman dan keselamatan melalui perlindungan dari
bahaya kecelakaan kerja, jaminan akan kelangsungan pekerjaannya dan jaminan
akan hari tuanya pada saat karyawan tidak lagi bekerja.
c Kebutuhan hubungan sosial (affiliation) adalah kebutuhan tingkat ketiga untuk bertahan hidup
bersama dengan orang lain. Kebutuhan sosial ini meliputi: kebutuhan untuk
disayangi, dihormati, diikutsertakan dalam pergaulan dan kebutuhan untuk
berprestasi.
d Kebutuhan pengakuan (esteem) adalah kebutuhan akan adanya penghargaan diri dan
penghargaan prestise diri dari lingkungannya atas status dan kedudukannya dalam
perusahaan.
e Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization) adalah tingkat
kebutuhan paling tinggi. Dimana dalam kondisi ini seseorang ingin
memperlihatkan kemampuan dirinnya secara optimal di tempat masing-masing.
Teori
motivasi proses merupakan
teori yang memusatkan perhatiannya
pada bagaimana motivasi terjadi. Teori ini berusaha menjawab pertanyaan
bagaimana menguatkan, mengarahkan, memelihara dan menghentikan perilaku individu
agar bekerja dengan giat sesuai dengan keinginan manajer.
Menurut Sutrisno (2009:141) terdapat tiga
teori motivasi proses yang lazim dikenal, yaitu:
a Teori harapan (expectacy theory), menyatakan bahwa kekuatan yang memotivasi
seseorang bekerja giat dalam melaksanakan pekerjaannya bergantung pada hubungan
timbal balik antara apa yang ia inginkan dengan kebutuhan dari hasil pekerjaan
itu.
b Teori keadilan (equity theory) menekankan bahwa ego manusia selalu mendambakan
keadilan dalam pemberian hadiah maupun hukuman terhadap setiap perilaku yang
relatif sama.
c Teori pengukuhan (reinforcement theory) didasarkan atas hubungan sebab dan akibat
perilaku dengan pemberian kompensasi.
10.
KINERJA
Menurut Prawirosentono (2008:2)
“Kinerja yang dalam bahasa inggrisnya disebut performance,
diartikan sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok
orang dalam organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing
dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi
yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral
maupun etika.
Kinerja sangatlah penting untuk dijadikan
sebagai bahan evaluasi bagi pemimpin atau manajer. Menurut Nawawi (2006:63)
yang menerjemahkan pengertian kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) bahwa “Kinerja adalah (a) sesuatu
yang dicapai, (b) prestasi yang diperlihatkan, (c) kemampuan kerja”.
Menurut Hasibuan (2012: 94) “Kinerja merupakan
hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta
waktu”. Sedangkan menurut Simamora (2004:7), “kinerja karyawan adalah tingkat
dimana para karyawan mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan”.
Kinerja merupakan suatu proses yang berkenaan
dengan aktivitas sumber daya manusia dalam melakukan pekerjaan yang ditugaskan,
menyangkut aktivitas dari unsur-unsur yang terlibat dalam suatu proses yang
menghasilkan output, serta menjadi sistem dan standar yang dipergunakan
organisasi dalam mencapai suatu tujuan yang diinginkan.
Menurut Sedarmayanti (2010:259) kinerja adalah
:
a Perbuatan, pelaksanaan pekerjaan yang berdaya
guna, pencapaian prestasi kerja/
prestasi seseorang berkenaan
b dengan tugas yang diberikan kepadanya.
c Hasil kerja seorang pekerja dimana hasil kerja
tersebut harus bisa ditunjukan buktinya secara konkret dan dapat diukur
(dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan).
d Sebagai catatan mengenai outcome yang
dihasilkan dari suatu aktivitas tertentu selama kurun waktu tertentu pula.
e Hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang
atau sekelompok orang dalam suaru organisasi yang bersangkutan secara legal,
tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
11.
PENILAIAN DAN PENGUKURAN KINERJA
Penilaian kinerja penting bagi setiap karyawan
dan berguna bagi perusahaan untuk menetapkan tindakan kebijaksanaan
selanjutnya. Dengan penilaian kinerja, manajemen dapat mengambil keputusan
terkait tindak lanjut yang memungkinkan karyawan di mutasikan pada jabatan yang
lebih tinggi (promosi) atau bahkan jabatan yang lebih rendah (demosi).
Secara lebih sederhana, menurut Dharma dan
Yudha (2010:26) terdapat tiga kriteria ukuran kinerja, yaitu :
a Kuantitas kerja, dimana hal ini berkaitan
dengan jumlah keluaran yang dihasilkan dari proses/pelaksanaan pekerjaan
b Kualitas kerja, dimana pengukuran kualitas mencerminkan
c tingkat kepuasan dilihat dari seberapa baik
penyelesaian pekerjaan.
d Ketepatan waktu, yaitu kesesuaian kinerja
dengan waktu yang telah ditetapkan. Ketepatan waktu ini digunakan untuk
mengetahui tinggi rendahnya kinerja karyawan.
12.
HUBUNGAN MUTASI DENGAN MOTIVASI
Suatu pekerjaan yang bersifat rutin sering
menimbulkan kebosanan sehingga menyebabkan motivasi kerja karyawan menurun
hingga berimbas pada produktivitasnya dalam perusahaan. Menurut Sutrisno
(2009:73) “ada begitu banyak dampak dari kepuasan kerja terhadap sikap dan
tingkah laku kerja, seperti produktivitas menurun, kecelakaan akibat kerja dan
sebagainya, sehingga manajemen harus mengambil langkah yang tepat dalam
memotivasi karyawan agar kelakuan-kelakuan yang merugikan dapat dicegah”.
Untuk menanganinya, beberapa perusahaan
melakukan mutasi dengan menempatkan karyawan kepada posisi atau jabatan yang
sesuai dengan hasil penilaian kerjanya. Dengan adanya mutasi, motivasi kerja
karyawan akan muncul sehingga produktivitas meningkat. Hal ini dikarenakan
motivasi mengacu pada perilaku karyawan dalam melaksanakan pekerjaan, yang
dipengaruhi oleh keinginan dan kebutuhan yang akan terpenuhi dengan bekerja
pada suatu perusahaan. Dan motivasi kerja karyawan tersebut akan terlihat
melalui rasa tanggung jawabnya terhadap pekerjaannya, juga melalui disiplin
kerjanya.
13.
HUBUNGAN MUTASI DENGAN KINERJA KARYAWAN
Mutasi
adalah pemindahan pegawai
dari jabatan satu
ke
jabatan lain. Dalam suatu perusahaan mutasi
sering dilakukan dan hal tersebut disebabkan oleh berbagai hal. Penempatan
jabatan yang kurang tepat terhadap karyawan dapat menyebabkan karyawan tidak
mampu menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana waktu yang telah
ditetapkan.
Dengan melakukan mutasi yang tepat, kinerja
karyawan dapat meningkat oleh karena pekerjaannya sesuai dengan minat dan
keahlian dari pegawai tersebut dan tentu saja dapat memberikan keuntungan bagi
perusahaan, seperti yang dikemukakan oleh Sastrohadiwiryo (2008:9)
bahwa “rotasi jabatan adalah kegiatan ketenagakerjaan yang berhubungan
dengan proses pemindahan fungsi, tanggungjawab dan status ketenagakerjaan
tenaga kerja ke situasi tertentu dengan tujuan agar tenaga kerja yang
bersangkutan memperoleh kepuasan kerja yang mendalam dan memberikan prestasi
kerja yang semaksimal mungkin kepada perusahaan”.
DIKUTIP DARI :
Amzar, Amelia., dan Chalid Sahuri, 2012. Peningkatan Prestasi Kerja Melalui Mutasi
Dan Motivasi Kerja Pada Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Siak (http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JAP/article/viewFile/871/864).,
Di Unduh 10-01-2015
Arikunto, S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka
Cipta.
Hasibuan, Malayu S. P, 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi,
Jakarta : Bumi Aksara.
Hasibuan, Nurhayani, 2013. Pengaruh Mutasi Terhadap Kinerja Pegawai
Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Rokan Hulu (http://download.portalgaruda.org/article.php?article=119957&val=5489).,
Di Unduh 10-01-2015
Manullang, M,
2004. Manajemen Personalia dan Sumber
Daya Manusia Edisi Keempat, Yogyakarta :BPFE.
Mondy, R.W.,
Noe, R.M, 2005. Human Resource Management, Jakarta : Bumi Aksara.
Nawawi,
Hendari, 2006. Kepemimpinan yang Efektif,
Yogyakarta : UGM Press.
Nugroho, Rakhmat, 2006. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan Studi Empiris
Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Bandung (http://core.kmi.open.ac.uk/download/pdf/11718395.pdf).,
Di Unduh 10-01-2015
Prawirosentono,
Suryadi, 2008. Kebijakan Kinerja
Karyawan, Yogyakarta : BPFE.
Rivai,
Veithzal, 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan, Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Sastrohadiwiryo, Siswanto, B, 2002. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia.
Jakarta : Bumi Aksara.
Sedarmayanti,
2010. Manajemen Sumber Daya Manusia,
Bandung : PT. Refika Aditama.
Simamora,
Henry, 2004. Manajemen Sumber Daya
Manusia Edisi Ketiga, Yogyakarta : STIE YKPN.
Siagian,
Sondang P, 2007. Manajemen Sumber Daya
Manusia Edisi Pertama, Jakarta : Bumi Aksara
Sutrisno, H. Edy, 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Kencana.
Wahyudi,
Bambang, 2002. Manajemen Sumber Daya
Manusia Cetakan Pertama, Bandung : Penerbit Sulita.
No comments:
Post a Comment