BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Organisasi
merupakan sekumpulan dari beberapa orang yang saling berinteraksi secara
intensif untuk dapat mencapai suatu tujuan bersama dari kelompok tersebut. Keberhasilan
suatu organisasi pada umumnya dapat kita ukur dengan konsep efektifitas. Dimana
setiap organisasi biasanya berada dalam lingkungan yang berbeda-beda
berdasarkan perkembangan jaman yang akan terus mempengaruhi keefektifitasan
suatu organisasi. Sehingga setiap organisasi selalu menginginkan agar
pelaksanaan kerja dan penggunaan sumber daya yang ada di dalam suatu organisasi
dapat berdaya guna .
Ada
begitu banyak definisi yang menjelaskan tentang suatu keefektivitasan dalam
suatu organisasi. Dan pengukuran tingkat keefektivitasan suatu organisasi juga
berbeda-beda menurut beberapa para ahli. Efektivitas organisasi mencakup dari
individu dan kelompok. Dimana dalam individu lebih menekankan hasil keja dari
seorang karyawan dalam suatu organisasi. Tugas yang harus dilakukan biasanya
ditetapkan sebagai bagian dari pekerjaan atau posisi dalam organisasi.
Efektifitas kerja diketahui lewat prestasi kerjanya. Sedangkan kelompok
menekankan pada jumlah kontribusi dari semua anggotanya, dimana kelompok lebih
besar daripada jumlah kontribusi dari tiap–tiap individu.
Keefektivitasan
suatu organisasi tentunya tidak lepas dari perilaku – perilaku individu yang
ada dalam organisasi tersebut. Karena prestasi individu adalah dasar prestasi
organisasi. Untuk itu sangat penting kita harus memahami tentang perilaku
individual seseorang dalam berorganisasi. Memahami perilaku manusia adalah
suatu hal yang sangat sulit karena setiap manusia sebagai individu mempunyai
perilaku yang berbeda – beda.
Ada
begitu banyak model perilaku seseorang dalam organisasi yang dipengruhi oleh
beberapa factor yang dapat dibedakan menjadi 2 macam, yakni factor intern dan
ekstern. Dimana perilaku intern merupakan perilaku yang dipengaruhi oleh factor
genetika, yakni segala hal yang dibawa sejak lahir sehingga merupakan warisan
dari orang tuanya. Sedangkan perilaku ekstern merupakan perilaku yang
dipengaruhi oleh factor luar, yakni lingkungan.
Perilaku,
selain dapat dibedakan menjadi perilaku intern dan ekstern, perilaku juga dapat
pula dibedakan menjadi perilaku individu dan perilaku kelompok, perilaku
negative dan perilaku positif, serta perilaku nyata dan perilaku yang
diarahkan. Semua jenis perilaku ini tentunya di dasari oleh factor-faktor yang
membentuknya.
Dalam
makalah ini kita akan membahas tentang efektivitas dalam suatu organisasi yang
mungkin disebabkan oleh perilaku-perilaku individu dalam suatu organisasi
tersebut.
B.
Masalah
1.
Apakah
pengertian efektivitas ?
2.
Apa
saja unsur dari efektifitas organisasi ?
3.
Apa
saja factor yang mempengaruhi efektivitas suatu organisasi ?
4.
Bagaimanakah
cara-cara mengukur efektivitas organisasi?
5.
Apakah
pengertian dari perilaku organisasi ?
6.
Apa
saja model – model perilaku organisasi ?
BAB
II
ISI
A.
Pengertian
Efektivitas
Sesuatu
organisasi dikatakan efektif bila para anggotanya merasa puas. Pandangan ini
merupakan kelanjutan pandangan penganut paham hubungan antar manusia, yang
menempatkan kepuasan anggota sebagai inti persoalan organisasi dan manajemen.
Dengan
melihat organisasi sebagai sistem, usaha membahas efektivitas organisasi secara
lebih komprehensif menjadi lebih mungkin. Memang dalam kenyataan sangatlah
sulit melihat atau mempersamakan efektivitas organisasi dengan tingkat
keberhasilan dalam pencapaian tujuan. Hal ini disebabkan selain karena selalu
ada penyesuaian dalam target yang akan dicapai, juga dalam proses pencapaiannya
sering sekali ada tekanan dari keadaan sekeliling.
Kenyataan
tersebut selanjutnya menyebabkan bahwa jarang sekali target dapat tercapai
secara keseluruhan. Dalam pengertian teoritis atau praktis, tidak ada
persetujuan yang universal mengenai apa yang dimaksud dengan “Efektivitas”.
Bagaimanapun definisi efektivitas berkaitan dengan pendekatan umum. Agar lebih
jelas tentang pengertian efektifitas, berikut ini ada beberapa pengertiannya
menurut para ahli :
·
Adam I. Indrawijaya. (2000:227), menjelaskan
bahwa efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan. Dalam artian
efektivitas merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan
prosedur dari organisasi mencapai tujuan yang ditetapkan.
·
Menurut Gibson ezt. Al (1996:30)
pengertian efektivitas adalah penilaian yang dibuat sehubungan dengan prestasi
individu, kelompok dan organisasi. Makin dekat prestasi mereka terhadap
prestasi yang diharapkan (standar), maka makin lebih efektif dalam menilai
mereka.
·
Menurut
Soekarno K. (1986:42) efektivitas adalah pencapaian tujuan atau hasil
dikehendaki tanpa menghiraukan faktor-faktor tenaga, waktu, biaya, fikiran alat
dan lain-alat yang telah dikeluarkan/ digunakan.
Dari penjelasan para ahli di atas
dapat kami simpulkan bahwa Efektivitas adalah ketepatgunaan faktor-faktor
penunjang dalam suatu proses untuk mencapai tujuan dari sebuah organisasi.
Keefektifan
adalah penilaian yang dibuat secara individu sehubungan dengan prestasi
individu, kelopok, dan organisasi. Makin tinggi prestasi terhadap prestasi yang
diharapkan, maka makin lebih efektif kita menilai mereka.
Keefektifan
terdiri dari tiga perspektif:
- Keefektifan
individual ; Perspektif ini menekankan pelaksanaan tugas dari pekerja atau
organisasi.
- Keefektifan kelompok ;
Perspektif ini adalah jumlah sumbangan dari anggotanya.
- Keefektifan organisasi;
Perspektif keefektifan organisasi adalah keefektifan individu dan
kelompok.
Hubungan
ketiga keefektifan tersebut bahwa keefektifan kelompok tergantung pada
keefektifan individu, dan keefektifan organisasi tergantung pada keefektifan
kelompok.
Kriteria keefektifan meliputi:
- Produksi
- Efisiensi
- Kepuasan
- Keadaptasian
- Pengembangan
B.
Unsur
Dari Efektivitas Organisasi
Pencapaian
efektivitas organisasi meliputi 3 perspektif yang saling berhubungan antara
unsur-unsur utama dari sistem organisasi dan bagaimana unsur-unsur tersebut
saling mempengaruhi untuk mempermudah atau menghambat pencapaian tujuan
organisasi. Adapun unsur-unsur efektifitas yaitu :
1)
Struktur
Struktur
adalah cara bagaimana sesuatu itu disusun. Sesuatu yang ada dalam organisasi
adalah pekerjaan-pekerjaan dalam organisasi yang saling berhubungan oleh karena
itu, struktur bertalian dengan hubungan-hubungan pekerjaan yang terdapat dalam
organisasi yang relative pasti. Hubungan yang relative itu timbul dari proses
pemecahan atas berbagai masalah yang dilakuka oleh manajer.
2)
Tujuan
Tujuan organisasi merupakan
keadaan atau tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi di waktu yang akan
datang melalui kegiatan organisasi.
Fungsi Tujuan Organisasi
1.
Pedoman Bagi Kegiatan, melalui
penggambaran hasil-hasil di waktu yang akan datang. Fungsi tujuan memberikan
arah dan pemusatan kegiatan organisasi mengenai apa yang harus dan tidak harus
dilakukan.
2.
Sumber Legitimasi, akan meningkatkan
kemampuan organisasi untuk mendapatkan sumber daya dan dukungan dari lingkungan
di sekitarnya.
3.
Standar Pelaksanaan, bila tujuan
dilaksanakan secara jelas dan dipahami, akan memberikan standar langsung bagi
penilaian pelaksanaan kegiatan (prestasi) organisasi.
4.
Standar Motivasi, berfungsi sebagai
motivasi dan identifikasi karyawan yang penting. Dalam kenyataannya, tujuan
organisasi sering memberikan insentif bagi para anggota.
5.
Dasar Rasional Pengorganisasian,
tujuan organisasi merupakan suatu dasar perancangan organisasi.
3)
Manusia
Manusia sebagai makhluk berakal
merupakan makhluk yang mendapat kedudukan tertinggi. Oleh karena itu, manusia
selalu menjadi motor penggerak dalam setiap
kegiatan yang terjadi dalam suatu organisasi. Badan manusia berfungsi
sebagai pekerja sedangkan kepala manusia berfungsi sebagai pemikir.
Sumber daya manusia memberikan
cetusan kreatif di setiap organisasi. Kreativitas manusia itulah yang nantinya
akan membawa dampak pada kemajuan atau kemunduran dari organisasi dilihat dari
bagaimana manusia sebagai sumber daya tersebut mengolahnya.
Manusia sebagai anggota
organisasi memiliki peranan sangat penting karena kemajuan atau kemunduran
suatu organisasi sangat ditentukan oleh kualitas, kuantitas dan moralitas
manusia dalam organisasi bersangkutan.Kualitas manusia menentukan mutu luaran
organisasi tersebut kuantitas manusia menentukan kecukupan tenaga kerja yang
dibutuhakan dan yang tak kala pentingnya adalah moralitas manusia.
4)
Hukum
Anggaran Dasar dalam sebuah
organisasi adalah sebuah hukum dasar (kontitusi, Undang-undang Dasar) bagi
seluruh elemen Organisasi tersebut melaksanakan tugas dan fungsinya. Jadi
Anggaran Dasar merupakan Dasar Hukum dalam berjalannya sebuah Organisasi.
Sehingga menjadi sebuah keharusan bagi pengurus untuk mengetahui hakikat dari
angggaran dasar itu dibentuk.
5)
Prosedur Pengoperasian Yang Berlaku (Standard Operating
Prosedure)
Standard Operating Procedure (SOP) adalah
penetapan tertulis mengenai apa yang harus dilakukan, kapan, dimana, dan oleh
siapa. SOP dibuat untuk menghindari terjadinya variasi dalam proses pelaksanaan
kegiatan yang akan mengganggu kinerja organisasi secara keseluruhan. SOP
merupakan mekanisme penggerak organisasi/lembaga agar dapat berjalan/berfungsi
secara efektif dan efisien.
Dengan SOP tersebut mereka dapat
dengan mudah melakukan langkah-langkah yang sistimatis, terstruktur sehingga
siap untuk menguasai porsi market yang selalu membesar. Dengan SOP
tersebut, mereka dengan mudah menganalisa operasional bisnis mereka sehingga
secara bertahap mereka dengan mudah:
·
Meningkatkan
tingkat efisiensi biaya produksi
·
Meningkatkan
tingkat efektitifitas kerja disetiap lini
·
Meningkatkan
tingkat pertumbuhan penjualan yang pada gilirannya mengangkat pertumbuhan
bisnisnya
6)
Teknologi
Efektivitas kerja dari para
tenaga kerja akan berjalan stabil sesuai target bila tenaga kerja tersebut
bekerja dengan menggunakan alat/benda yang memiliki teknologi tinggi. Pengaruh
teknologi pada efektivitas kerja juga bisa dilihat dari tingkat kesalahan /
error yang dilakukan oleh tenaga kerja. Semakin tinggi teknologi yang
digunakan, maka semakin kecil pula tingkat kesalahan yang mungkin terjadi.
7)
Lingkungan
Lingkungan organisasi
adalah semua elemen di dalam maupun di luar organisasi yang dapat
mempengaruhi sebagian atau keseluruhan suatu organisasi. Terdapat dua jenis
klasifikasi lingkungan yakni lingkungan internal dan lingkungan eksternal.
Perubahan – perubahan yang terjadi pada lingkungan sangat dinamis dan kadang –
kadang pengaruhnya pada manajemen tidak dapat diperkirakan terlebih dahulu.
Karenanya manajemen dituntut untuk bersikap tanggap dan adaptif, selalu
mengikuti dan menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan.
8)
Kompleksitas
Kompleksitas merupakan keruwetan. Namun tidak semua
keruwetan dalam usaha (kompleksitas bisnis) buruk bagi organisasinya. Ada juga
yang baik, dalam arti memberi nilai tambah. Hanya, kebanyakan bos perusahaan
tak tahu kompleksitas apa yang tengah dialami perusahaannya/organisasinya.
Idealnya, pimpinan perusahaan itu tahu apa penyebab kompleksitas di perusahaan,
mana yang harus dihapus karena tak ada nilai tambahnya, dan mana yang harus
ditangani oleh pegawai yang qualified.
9)
Spesialisasi
Spesialisasi merupakan suatu bentuk pembagian tenaga kerja
di mana individu atau perusahaan memusatkan usaha-usaha produktif mereka pada
sebuah kegiatan atau sejumlah kegiatan-kegiatan yang terbatas. Sehingga,
karyawan dalam suatu organisasi dapat memusatkan diri pada pekerjaan sesuai
dengan keahliannya. Kebiasaan dan pengulangan akibat tidak terjadinya
perpindahan pekerjaan akan meningkatkan keahlian kerja dan penghematan waktu.
10) Kewenangan
Kewenang merupakan syaraf yang berfungsi sebagai
penggerak dari pada kegiatan-kegiatan. Kewenang yang bersifat informal, untuk
mendapatkan kerjasama yang baik dengan bawahan. Disamping itu kewenang juga
tergantung pada kemampuan ilmu pengetahuan, pengalaman dan kepemimpinan. Kewenang
berfungsi untuk menjalankan kegiatan yang ada dalam organisasi. Kewenang dapat
diartikan sebagai hak untuk memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu agar tujuan dapat tercapai.
11) Pembagian
Tugas
Pembagian
tugas yang dilakukan oleh pemimpin dalam suatu organisasi bergantung pada
keahlian yang dimiliki dari pada individu-individu yang bekerja dalam
organisasi tersebut.
Efektifitas organisasi memiliki tiga
komponen, yaitu:
1.
Efektifitas Individu (Individual
Effectiveness)
Seberapa jauh tiap individu yang ada di organisasi
mempengaruhi efektifitas organisasi secara keseluruhan, terdiri dari: (a)
Ability, (b) Skill, (c) Knowledge, (d) Attitude, (e) Motivation, (f) Stress
2.
Efektifitas Kelompok (Groups Effectiveness)
Efektifitas organisasi dipengaruhi oleh kelompok-kelompok
yang ada di organisasi yang bersangkutan, yaitu oleh: (a) Cohesiveness,
(b)Leadership, (c) Structure, (d) Status, (e) Roles, (f) Norms
3.
Efektifitas Organisasi
(Organizational Effectiveness)
Efektifitas organisasi ditentukan oleh organisasi secara
umum, meliputi sebagai berikut: (a) Environment, (b) Technology, (c) Strategic
choices, (d) Structure, (e) Processes, (f) Culture
C.
Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas
Organisasi
Berikut ini adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas baik yang bersifat intern ataupun ekstern.
Faktor-faktor itu meliputi antara lain:
1)
Karakteristik
Organisasi
Yang dimaksud dengan karakteristik organisasi terutama
berkenaan dengan struktur dan teknologi yang digunakan didalamnya. Efektivitas
ini dipengaruhi oleh tingkat kompleksitas dan formalitas struktur serta sistem
kewenangan dalam pengambilan keputusan (sentralisasi versus desentralisasi).
Namun demikian, secara umum dapat dikemukakan bahwa
kondisi yang memberikan peluang lebih besar daripada tercapainya tingkat
efektivitas yang tinggi ialah apabila sebuah organisasi menggunakan struktur
yang memiliki tingkat kompleksitas rendah, formalitas rendah, dan sistem
desentralisasi.
2)
Karakteristik
Lingkungan
Keberhasilan sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya
dipengaruhi oleh kemampuannya berinteraksi dengan lingkungan. Dimensi-dimensi
lingkungan yang mempengaruhi efektifitas sebuah organisasi meliputi:
a.
Tingkat
keterpaduan keadaan lingkungan
b.
Ketepatan persepsi
atas keadaan lingkungan
c.
Tingkat
rasionalitas organisasi
Atas dasar
ketepatan tanggapan terhadap rangsangan lingkungan tersebut diperoleh tingkat
efektivitas tertentu bagi organisasi yang bersangkutan. Dengan kata lain,
efektivitas sebuah organisasi dipengaruhi oleh tingkat ketepatannya dalam
menanggapi lingkungan. Oleh karena itu organisasi (dalam hal ini pimpinan)
dituntut untuk melakukan pemantauan terhadap perubahan lingkungan secara terus
menerus dan berusaha menanggapinya secara tepat dengan melakukan berbagai
penyesuaian, baik menyangkut struktur, teknologi, proses, maupun tingkah laku
anggota.
3)
Faktor Pekerja
Tingkah laku anggota dapat merupakan hubungan yang sangat
berarti bagi pencapaian efektivitas organisasi, tetapi dapat pula merupakan
penghambat yang sanggup mengurangai bahkan menggagalkan efektivitas.
Masing-masing anggota memiliki karakteristik tertentu yang tidak selalu sama
dengan karakteristik anggota lain.
Secara langsung ataupun tidak, setiap anggota tentu
berupaya mencapai tujuan pribadinya. Konsekuensinya, tingkah laku yang mereka
tunjukkan dapat berbeda-beda satu sama lain.
4)
Kebijakan Manajemen
Kebijakan
yang ditempuh seorang pimpinan dalam mengelola organisasi berpengaruh langsung
terhadap efektivitas organisasi. Secara garis besar segi-segi yang berkaitan
dengan kebijakan pimpinan mencangkup penentuan tujuan, pencarian dan pemanfatan
sumber daya, penciptaan lingkungan yang merangsang anggota untuk berprestasi,
proses komunikasi, pengambilan keputusan, dan kebijakan yang menyangkut kemampuan
organisasi dalam merespon lingkungan.
D.
Cara-Cara
Mengukur Efektifitas Organisasi
Dalam
melakukan pengukuran terhadap efektivitas organisasi digunakan kriteria dari
Steers.
Kriteria
efektifitas dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu:
a.
Dari segi lingkup pengukurannya
dikenal adanya efektifitas mikro dan makro.
ü
Kriteria makro ialah pengukuran
efektifitas dari sudut yang luas, contohnya keutungan organisasi atau
pencapaian tujuan akhir organisasi.
ü
Kriteria
mikro ialah pengukuran efektifitas dengan menitikberatkan pada salah satu aspek
yang sempit, contohnya penampilan anggota atau tingkat ketidak hadiran
karyawan.
b.
Dari segi jumlah variable yang digunakan dalam
pengukuran dikenal adanya efektifitas modal variable tunggal dan jamak.
ü
Pengukuran dengan criteria tunggal
ialah cara melihat efektifitas organisasi dengan hanya menggunakan satu
variable saja. Banyak pilihan variable yang digunakan dalam teknik ini,
contohnya produktifitas diukur dengan data tentang output(produk akhir yang
dihasilkan), kepuasan kerja diukur dengan daftar pertanyaan yang diisi oleh
para karyawan, keuntungan organisasi dapat dilihat dari data berupa angka-angka
yang diperoleh dari bagian pembukuan.
ü
Pengukuran dengan criteria jamak
adalah cara melihat efektifitas organisasi dengan menggunakan sebuah model yang
mencakup beberapa variable, dimana hubungan antara berbagai variable ikut
diperhitungkan.
c.
Dari segi waktu pengukurannya
dikenal adanya efektifitas statis dan dinamis.
ü
Pengukuran statis adalah melihat
efektifitas dorganisasi dengan mendasarkan diri pada aktivitas yang telah
dilakukan.
ü
Dari karakteristik dinamika
organisasi orang berusaha mengukur efektifitas organisasi di waktu yang akan
dating.
d.
Dari segi tingkat generalisasinya
dikenal adanya efektifitas terbatas dan umum.
ü
Teknik umum dimana efektifitas
diukur dengan criteria yang dapat diterapkan pada semua jenis organisasi.
ü
Teknik kedua adalah pengukuran
efektifitas yang menggunakan criteria lebih khusus sesuai dengan karakteristik
organisasi yang bersangkutan. Gibson dan kawan-kawan mengemukakan 5 aspek yang
dapat digunakan sebagai kritera, yaitu:
1.
Produktivitas
Produksi
ialah kemampuan organisasi menghasilkan produk (output) yang dibutuhkan oleh
lingkungan. Dalam hal ini mencakup jumlah(kuantitas) dan mutu (kualitas). Produktvitas
adalah terdapatnya korelasi “terbalik” antara masukan dan luaran. Artinya,
suatu sistem dapat dikatakan produktif apabila masukan yang diproses semakin
sedikit untuk menghasilkan luaran yang semakin besar. Produktivitas sering pula
dikaitkan dengan cara dan sistem kerja yang efisien sehingga proses produksi
berlangsung tepat waktu dan dengan demikian tidak diperlukan kerja lembur
dengan segala implikasinya, terutama implikasi biaya. Agar produktif,
organisasi harus mampu memanfaatkan sumber daya secara efisien, yaitu modal,
tenaga kerja, gedung, sarana dan informasi.
Kemampuan
dari suatu organisasi untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi
dilingkungan eksternal dan melakukan manajemen yang efisien atas sumber daya
yang dimiliki sangat menentukan tingkat produktivitasnya. Kemajuan-kemajuan
yang tercapai dalam meningkatkan produktivitas organisasi dilakukan secara
bertahap, dimana setiap perubahan itu dilakukan oleh suatu proses perencanaan,
perumusan dan evaluasi. Tingkat produktivitas dipilih sebagai indikator
pengukuran efektivitas organisasi, sebab organisasi sebagai suatu wadah usaha
kelompok orang untuk mencapai tujuan yang ditentukannya, tujuan tersebut dapat
dicapai dengan menggunakan sumberdaya yang ada dalam organisasi. Pemanfaatan
sumberdaya sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup organisasi. Untuk itu
produktivitas yang sering diartikan sebagai ukuran sampai sejauh mana
sumberdaya yang ada disertakan dan dipadukan untuk mencapai suatu hasil
tertentu merupakan hal yang dapat dijadikan faktor tolak ukur efektivitas
organisasi. Karena pada dasarnya efektivitas organisasi merupakan keberhasilan
organisasi dalam mencapai tujuannya. Produktivitas merupakan ratio antara
masukan dan keluaran, sedangkan pada organisasi publik produktivitas dapat
diartikan sampai sejauh mana target yang ditetapkan oleh organisasi dapat
direalisasikan dengan baik.
2.
Kepuasan kerja
Kepuasan
menunjuk pada keberhasilan organisasi memenuhi kebutuhan yang dirasakan oleh
para anggota dan juga kepuasan bagi para pemakai barang dan jasa yang
dihasilkan.Kepuasan dapat diukur dari besar kecilnya tingkat kemangkiran,
tingkat ketidakhadiran, tingkat keluar masuk organisasi, dan semangat kerja
yang ditunjukkan anggota.
Kepuasan
kerja adalah tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang atas
peranan/pekerjaannya dalam organisasi. Ini dihasilkan dari persepsi pekerja
mengenai pekerjaannya. Jadi kepuasan kerja sepenuhnya menyangkut psikologis
individu didalam organisasi, yang diakibatkan oleh keadaan yang ia rasakan dari
lingkungan kerjanya, kondisi psikologis ini akan termanifestasi pada sikap
kerja individu yang selanjutnya akan berpengaruh pada prestasi kerja.
Tingkat
kepuasan kerja pegawai perlu diperhatikan karena berpengaruh langsung pada
efektivitas organisasi. Dalam hal ini pimpinan, baik itu kepala dinas, kepala
bagian tata usaha maupun bagian personalia harus tanggap dalam mengantisipasi
setiap perubahan yang terjadi pada setiap pegawai. Kepuasan kerja pegawai tidak
cukup hanya dengan diberikan insentif akan tetapi pegawai juga membutuhkan
motivasi, pengakuan dari atasan atas hasil pekerjaannya, situasi kerja yang
tidak monoton dan peluang untuk berkreasi.
3.
Kemampuan
menyesuaikan diri (Adaptability)
Kemampuan
adaptasi adalah kesanggupan organisasi melakukan perubahan sesuai dengan
tuntutan keadaan. Semakin tinggi frekuensi tingkat ketidakpastian situasi yang
menuntut tindakan penyesuaian, semakin mudah melihat kemampuan organisasi dalam
melakukan adaptasi.
Kemampuan
menyesuaikan diri merupakan kemampuan dari suatu organisasi untuk mengikuti,
mengantisipasi dan memanfaatkan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam suatu
lingkungan. Hesselbein, Goldsmith dan Beekhard dalam The Organization of the
Future (1998) menjelaskan bahwa suatu organisasi harus bergerak cepat,
menyesuaikan diri dan melakukan berbagai perubahan di dalam lingkungan agar
tetap bertahan (exist) dan berhasil melangsungkan kehidupannya (survive).
Perubahan lingkungan bukan merupakan ancaman bagi organisasi dimana harus
bersifat seperti bunglon. Tingkat keluwesan yang tinggi sangat diperlukan guna
mengantisipasi segala peluang dan ancaman yang exist di dalam lingkungan
eksternal.
Lingkungan
eksternal oleh Pearce dan Robinson di dalam Manajemen Stratejik, formulasi,
implementasi dan pengendalian (1997) akan mempengaruhi pilihan arah dan
tindakan suatu perusahaan, dan akhirnya, suatu struktur organisasi dan proses
internalnya. Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain adalah unsur PEST,
yakni:
a)
Unsur Politik (P)
b)
Unsur Ekonomi (E)
c)
Unsur Sosial (S)
d)
Unsur Teknologi (T)
Perubahan yang menyangkut PEST akan
mempengaruhi organisasi secara intern dimana struktur, strategi dan sistem akan
terkena akibatnya. Dalam menghadapi perubahan lingkungan yang selalu dinamis,
organisasi harus selalu mengambil langkah-langkah strategis yang dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan tetap survive di dalam lingkungan yang
penuh persaingan. Hesselbein, Golsmith dan Beekhard menjelaskan bahwa perubahan
lingkungan harus diantisipasi dengan pengambilan berbagai langkah-langkah
strategis, yakni:
a)
Peningkatan terhadap kinerja kerja
organisasi
b)
Peningkatan terhadap manajemen
keuangan
c)
Peningkatan terhadap proses
pelayanan, mutu dan penanaman modal
4.
Kemampuan berlaba
Pengembangan
organisasi adalah criteria efektifitas yang menunjuk kepada kemampuan organisasi
untuk memandang jauh kedepan dan melakuakan investasi dalam rangka
mempertahankan hidup dan mengembangkan usaha organisasi.Criteria pengembangan
lebih menekankan pada upaya organisasi dalam jangka panjang.
5.
Pencarian dan pemanfaatan sumber
daya manusia
Efisiensi
menunjuk pada pengukuran yang berkenaan dengan penggunaan sumber yang langka
oleh organisasi. Efisiensi merupakan perbandingan anatara output dan input.
Efisiensi dapat dilihat dari besarnya biaya dan waktu yang diperlukan untuk
proses produksi per unit produk, besarnya biaya dan waktu yang diperlukan setiap
siswa sampai dengan lulus, dsb.
E.
Pengertian
Dari Perilaku Organisasi
Perilaku
organisasi (PO) adalah bidang ilmu yang mempelajari dan mengaplikasikan
pengetahuan tentang bagaimana manusia berperan atau berperilaku atau bertindak
di dalam organisasi (Davis&Newstrom, 1989). Elemen-elemen kunci dalam
perilaku organisasi adalah: manusia, struktur, teknologi, dan lingkungan tempat
organisasi tersebut beroperasi.
•
Manusia membentuk sistem sosial yang
bersifat internal dalam organisasi.
•
Struktur organisasi menentukan hubungan formal
manusia.
•
Teknologi memberikan modal manusia
dalam tugas-tugasnya.
•
Lingkungan merupakan faktor luar
yang mempengaruhi organisasi, mempengaruhi sikap manusia, kondisi kerja,
pesaing dan kekuatan.
Perilaku organisasi adalah penelaahan tentang individu dan
kelompok dalam organisasi. Sebuah organisasi juga mempunyai perilaku yang sama
dengan perilaku manusia. Perilaku berhubungan dengan kepribadian dan sikap.
Perilaku yang baik akan menentukan keprbadian dan sikap yang baik pula.
Perilaku individu adalah perilaku yang dimiliki oleh setiap orang. Perilaku
seseorang dengan orang lain berbeda – beda. Perbedaan ini menentukan keunikan
individu tersebut, sehingga juga berpengaruh pada keunikan yang terdapat dalam
organisasi. Seorang manajer harus paham betul akan keunikan para pegawainya.
Dalam aliran perilaku memandang bahwa organisasi terdiri
dari tugas – tugas dan manusia. Adanya peranan anggota dalam kelompok sebagai
faktor yang menentukan terbentuknya perilaku organisasi. Kebiasaan dan norma
kelompok membentuk perilaku dan mempengaruhi tingkat produktivitasnya.
Perilaku individu akan memotivasi seseorang untuk memenuhi
tingkaat kebutuhan individu yang tertinggi, yaitu kebutuhan akan perwujudan
diri. Kebutuhan ini untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri dengan memaksimumkan
pemanfaatan kemampuan, keahlian, dan potensi seseorang secara penuh. Akan
tetapi, sebuah organisasi tidak dapat melepaskan begitu saja dari kebutuhan dasar
manusia.
Proses untuk memenuhi kebutuhan perwujudan diri dilakukan dengan mengefektifkan kinerja sehingga tercapai sebuah prestasi yang tinggi.
Proses untuk memenuhi kebutuhan perwujudan diri dilakukan dengan mengefektifkan kinerja sehingga tercapai sebuah prestasi yang tinggi.
Apabila seorang karyawan dapat memotivasi dirinya untuk
memaksimalkan potensi tersebut dan merancang strategi untuk mencapai
efektivitas kinerja secara pribadi, tentunya dia akan mengefektivitaskan
kelompok dan mengarah kepada efektivitas organisasi.
Sebuah organisasi besar yang dapat dikatakan sukses dalam
menjalankan sebuah proses produksi dan jasa, tentunya tidak lepas dari
kepiawaian dari manajer atau pimpinan puncak yang mendesain organisasi tersebut
ke arah sebuah keefektifan kinerja denga mempertimbangkan unsur – unsur dan
potensi- potensi yang dimiliki oleh individu – individu tersebut.
F. Model
– Model Perilaku Organisasi
Perilaku
organisai bagian dari ilmu manajemen yang merupakan seni manajemen (the art of
management). Ada dua hal yang dipertimbangkan dalam filosofi perilaku
organisasi yaitu premis kenyataan (pandangan deskriptif tentang perilaku dunia
yang diperoleh dari penelitian ilmu perilaku dan pengalaman pribadi), dan
premis nilai (mewakili pandangan tentang sesuatu yang lebih disenangi dari
sasaran tertentu). Hasil dari sistem perilaku organisasi yang efektif adalah
peningkatan motivasi, yang jika digabung dengan kemampuan dan keterampilan
karyawan akan meningkatkan produktivitas karyawan.
Ada
empat model dalam perilaku organisasi, yaitu:
1.
Otokratik
2.
Kastodial
3.
Suportif dan
4.
kolegial.
Model-model
dalam perilaku organisasi ini dalam praktiknya adalah sesuatu yang bisa berubah
secara evolusioner, sesuatu yang didasarkan pada nilai tambah, sesuatu yang
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan karyawan, sesuatu yang dapat mengikuti
kecendrungan menuju model-model yang lebih baru, dan sesuatu dimana salah satu
model dapat diaplikasikandengan sukses pada situasi-situasi tertentu.
Pengembangan
model dalam Perilaku Organisasi Model-model dalam perilaku organisai masih
dapat dikembangkan sesuai dengan tuntutan modernisasi manajemen dimasa depan.
Model dimaksudkan sebagai abstraksi dari realitas, yaitu penyederhanaan
representasi dari beberapa fenomena di dunia nyata. . Pengembangan model
melibatkan tiga variable pentinga dalam perilaku organisasi, yaitu:
•
Variabel tergantung (Dependent
Variable) : sebuah respons yang dipengaruhi variabel bebas. Hal yang penting
adalah : produktivitas, absen kerja, pindah kerja, pemutusan kerja, dan
kepuasan kerja, dan kadang stress di tempat kerja.
•
Variabel Bebas ( Independent
Variable),sebuah variabel yang dianggap sebagai penyebab timbulnya perubahan
pada variable tergantung, terdiri dari tiga tingkatan yaitu tingkat individual,
tingkat kelompok, dan tingkat organisasi. Perilaku organisasi paling mudah
dipelajari sebagai model bangunan yang bertingkat, yang fondasinya adalah pengertian
kita tentang perilaku individual, bahwa karakteristik pribadi mulai dari lahir
mempunyai dampak pada perilaku karyawan, dan manajemen hanya sedikit dapat
mengubahnya.
•
Variabel Antara (Moderating
Variable): sebuah variabel yang mengurangi atau mempengaruhi efek dari variabel
bebas terhadap variabel tergantung.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ø
Dari uraian-uraian yang telah
dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas organisasi merupakan
suatu tingkat prestasi organisasi dalam mencapai tujuannya dengan memanfaatkan
segala sumber daya yang ada secara tepat guna.
Ø
Model-model dalam perilaku
organisasi dalam praktiknya adalah sesuatu yang bisa berubah secara
evolusioner. Perilaku organisai masih dapat dikembangkan sesuai dengan tuntutan
modernisasi manajemen dimasa depan untuk dapat mencapai tujuan puncak dalam
suatu organisasi.
B.
Saran
Ø Dalam suatu organisasi, sebaiknya
ada pelatihan untuk menambah skill setiap individu yang ada dalam ruang lingkup
organisasi tersebut, agar pencapaian prestasi kerja individu semakin baik
sehingga dapat pula meningkatkan keefektivitasan dari suatu organisasi.
C.
DAFTAR
PUSTAKA
Sutrisno,
Edy., 2010, Budaya Organisasi. Jakarta
: Kencana.
Sofyandi,
Herman; Garniwa, Iwa., 2007, Perilaku
Organisasional.Yogyakarta : Graha Ilmu.
Yuki,
Gary; Wexley, Kenneth.,Perilaku
Organisasi. Aneka Cipta.
Wursanto.
2003, Dasar-Dasar Ilmu
Organisasi.Yogyakarta : ANDI
Tampubolon,
Manahan,2004, Perilaku Keorganisasian.
Jakarta : Ghalia Indonesia
No comments:
Post a Comment