Sinar mentari masuk melalui jendela kamar menyinari dinding ruangan, menciptakan warna kuning kehitaman. Suara langkah kaki, benturan wajan penggorengan, bantingan pintu, serta suara-suara lainnya yang memecah kesunyian di pagi hari. Rutinitas sehari-hari yang dilakukan penghuni rumah 77C tersebut. Pukul 05.45 sang ibu beranak delapan tersebut mempersiapkan sarapan untuk putri-putri serta suami tercinta. Di saat tangan kecilnya sibuk mempersiapkan bahan masakan tak lupa pula dia membangunkan putri-putrinya.
Rumah yang dihuni oleh seorang ibu
dan suaminya dengan empat orang anak gadis yang belum mempunyai pasangan. Sama
seperti hari-hari kemarin anak ke-6 yang kuliah S2 di Pascasarjana UNHAS dengan
nama panggilan Nur ini, memang sering bangun pagi, bersiap-siap berangkat kampus. Anak ke-3 yang
bekerja sebagai Apoteker di Puskesmas Toddopuli dengan nama panggilan Kaan juga
tengah bersiap-siap. Sang adik bungsu yang memang sulit bangun pagi pun harus
terpaksa bangun agar tidak telat ke kampusnya yang tercinta di UIN Samata sana,
yang terpaksa harus menempuh perjalanan jauh lantaran jarak rumah dan
kampusnya itu sama dengan jarak Makassar-Gowa. Si adik bunggsu sering di
panggil dengan nama Ija. Dan yang terakhir itu merupakan Lili. Karyawan di
Apotik Nur Rahma Farma milik kakaknya Kaan. Anak ke-7 yang sangat sulit sekali
bangun pagi lantaran sering begadang! Alasannya sulit tidur karena kamarnya
yang memiliki letak tidak strategis. Kamarnya terletak paling depan di sebelah ruangan
nonton yang memang kalau TV dinyalakan, suaranya pasti akan terdengar sampai ke
kamarnya.
Itulah sekilas kehidupan di pagi
hari serta pengenalan singkat putri-putri yang tinggal di rumah 77C.
Puisi
hari ini :
“hidup”
Bagimu,
seperti apa hidup itu?
Bagimu,
seperti apa yang dikatakan hidup?
Bagimu,
bagiku ?
Hidup?
Bagi
setiap orang hidup itu ibarat nafas yang berhempus setiap detiknya
Bagi
setiap orang hidup itu seperti darah yang mengalir
Bagi
setiap orang hidup itu layaknya waktu yang terus berjalan
Apakah
bagimu hidup juga seperti itu?
Karena
bagiku walau setiap hari tubuh ini bernafas dan darah tetap mengalir tetapi
jiwa ini belum merasakan yang namanya hidup.!
Apakah
hidup hanya untuk tubuh?
Bagaimana
dengan jiwa?
No comments:
Post a Comment