03 December 2015

TINJAUAN PUSTAKA - Faktor-Faktor Penyebab Konflik Antarbagian Pada Perusahaan



TINJAUAN PUSTAKA
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KONFLIK ANTAR BAGIAN PADA PERUSAHAAN

1.     PENGERTIAN DAN FUNGSI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
Manajemen sumber daya manusia dewasa ini mendapat sorotan tajam dari berbagai pihak. Sumber daya manusia mempunyai dampak yang lebih besar terhadap efektivitas organisasi dibanding dengan sumber daya yang lain. Seberapa baik daya manusia dikelola akan menentukan kesuksesan organisasi di masa mendatang. Pengelolaan sumber daya manusia sendiri akan menjadi bagian yang sangat penting dari tugas manajemen organisasi. Sebaliknya, jika sumber daya manusia tidak dikelola dengan baik maka efektivitas tidak akan tercapai. Kompleksitas pengelolaan sumber daya manusia.
Sumber daya manusia kini makin berperan besar bagi kesuksesan suatu organisasi. Banyak organisasi menyadari bahwa unsur manusia dalam suatu organisasi dapat memberikan keunggulan bersaing. Mereka membuat sasaran, strategi, motivasi, dan mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu sumber daya manusia merupakan salah satu unsur yang paling vital bagi organisasi. Terdapat dua alasan dalam hal ini. Pertama,  sumber daya manusia mempengaruhi efesiensi dan 
efektivitas organisasi, sumber daya manusia merancang dan memperoduksi barang dan jasa, mengawasi kualitas, memasarkan produk, mengalokasikan sumber data finansial serta menentukan seluruh tujuan dan strategi organisasi. Kedua, seumber daya manusia merupakan pengeluaran utama organisasi dalam menjalankan bisnis. Manajemen sumber daya manusia (MSDM) berhubungan dengan sistem rancangan formal dalam suatu organisasi untuk menentukan efektivitas dan efesiensi untuk mewujudkan sasaran suatu organisasi. Bahwa “Sumber daya manusia harus didefenisiskan bukan dengan apa yang sumber daya manusia lakukan, tetapi apa sumber daya manusia hasilkan”.
Menurut Nawawi (2004:42) bahwa : “Manajemen sumber daya manusia adalah proses mendayagunakan manusia sebagai tenaga kerja secara manusiawi, agar proses fisik dan psikis yang dimilikinya berfungsi maksimal bagi pencapaian tujuan organisasi (perusahaan).”
Selanjutnya Rachmawati (2008:3) mengemukakan bahwa : “Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian konpensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai berbagai tujuan individu, organisasi dan masyarakat”.
Sedangkan Sedarmayanti (2008:13) berpendapat bahwa : “Manajemen sumber daya manusia adalah kebijakan dan praktik menentukan aspek ‘manusia’ atau sumber daya manusia dalam posisi manajemen, termaksud merekrut, menyaring, melatih, memberi penghargaaan dan penelitian”.
Dari defenisi-defenisi yang telah dikemukakan di atas, dapat diketengahkan beberapa paradigma sebagai berikut :
a.    Manusia memerlukan organisasi dan sebaliknya organisasi memerlukan manusia. Manusia merupakan motor penggerak, tanpa manusia organisasi tidak akan berfungsi. Manusia merupakan faktor utama dalam mewujudkan eksistensi organisasi. Dengan kata lain eksistensi organisasi diwujudkan melalui kegiatan manusia disebut bekerja. Oleh karena itu kompetitif atau tidak eksistensi suatu organisasi (perusahaan) tergantung atau ditentukan oleh manusia, yang sangat penting artinya dalam menghadapi perubahan lingkungan/iklim bisnis sekarang dan di masa mendatang.
b.    Potensi psikologis yang dimiliki seorang pekerja dalam melaksanakan pekerjaan, bersifat abstrak dan tidak jelas batas-batasnya. Potensi ini cenderung lebih besar daripada kemampuan nyata (achievement) bisnis yang ditampilkannya sekarang. Para manajer perlu dan berkewajiban menggali, menyalurkan, membina dan mengembangkan potensi yang dimiliki pekerja dalam rangka meningkatkan produktivitas.
c.    Sumber daya material dan finansial perlu disediakan dan dipergunakan dalam jumlah yang memadai untuk keperluan pengelolaan sumber daya manusia. Perlu diyakini bahwa melakui sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu menerikan kontribusi yang terbaik dalam mencapai tujuan organisasi, berarti akan diperoleh keuntungan yang berimbang atau melebihi nilai sumber daya materi dan finansial yang telah digunakan untuk mengelola sumber daya manusia. Untuk itulah diperlukan usaha secara terus menerus dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di lingkungan suatu organisasi/ perusahaan.
d.    Untuk mendorong partisipasi kerja melalui manajemen sumber daya manusia diperlukan kemampuan manajer memperlalukan pekerja secara manusiawi. Dari satu sisi perlakuan itu diwujudkan dengan menetapkan setiap pekerja sebagai “subjek”, dalam artian dihargai dan di hormati sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaannya. Setiap pekerja sebagai individu memiliki harga diri, hak dan kewajiban, kemauan dan kehendak, pikiran pendapat, dan lain-lain yang tidak boleh diabaikan, apalagi di injak-injak dan dilanggar. Dari sisi lain sangat penting artinya untuk mewujudkan dan meningkatkan rasa aman dan puas yang dibutuhkan oleh setiap manusia dalam bekerja. Manajemen sumber daya manusia seperti itu akan menjadi motivasi yang positif dalam meningkatkan kesediaan bekerja keras, loyalitas, dedikasi, dan kesetiaan pada manajer dan perusahaan secara keseluruhan. Dampak positifnya akan terwujud peningkatan produk, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
e.    Perlakuan secara manusiawi bermakna juga para manajer berkewajiban mewujudkan, membina dan mengembangkan hubungan sosial dalam bekerja dan pergaulan sehari-hari, yang diwarnai saling menghormati, bertanggung rasa (penuh toleransi) dan mampu menempatkan setiap orang sesuai dengan predikat, posisi dan jabatannya masing-masing. Dalam hubungan sosial yang positif, baik dalam bentuk hubungan formal maupun hubungan informal, akan berkembang menjadi perasaan ikut memiliki (sense of belonging), perasaan ikut bertanggung jawab (sense of responsibility), dan kemampuan untuk berpartisipasi (sense of partisipation).
f.     Perlakuan secara manusiawi juga berarti, para pekerja dihormati, dihargai dan diperlakukan sesuai dengan Hak-Hak Asasi Manusia (HAM).
Manajemen sumber daya manusia (MSDM) mempunyai berbagai aktivitas yang merupakan tindakan-tindakan yang diambil untuk menyediakan dan mempertahankan lingkungan kerja yang tepat dalam organisasi. Suatu organisasi kecil mungkin tidak memiliki suatu departemen sumber daya manusia. Aktivitas-aktivitas manajemen sumber daya manusia sering disebut juga sebagai fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia.
Menurut Sutrisno (2009:8) fungsi manajemen sumber daya manusia dimaksud adalah sebagai berikut :
a.    Perencanaan adalah kegiatan yang memperkirakan tentang keadaan tenaga kerja, agar sesuai dengan kebutuhan organisasi secara efektif dan efisien, dalam membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan itu untuk menetapkan program kepegawaian ini meliputi pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian pegawai.
b.    Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengatur pegawai dengan menetapkan  pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi dan koordinasi, dalam bentuk bagan organisasi. Organisasi hanya menrupakan alat untuk mecapai tujuan. Organisasi yang baik akan membantu terwujudnya tujuan secara efektif.
c.    Pengarahan dan pengadaan
Pengarahan adalah kegiatan untuk memberikan petunjuk kepada pegawai, agar mau kerja sama dan kerja efektif serta efesien dalam membantu tercapainya tujuan organisasi. Pengarahan dilakukan oleh pemimpin yang dengan kepemimpinannya akan memberikan arahan kepada pegawai agar mengerjakan semua tugasnya dengan baik. Sedangkan pengadaan merupakan proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi dan induksi untuk mendapatkan pegawai yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya tujuan.
d.    Pengendalian merupakan kegiatan mengendalikan pegawai agar menaati peraturan organisasi dan bekerja sesuai dengan rencana. Bila terdapat penyimpangan diadakan tindakan perbaikan dan/atau penyempurnaan. Pengendalian pegawai meliputi kehadiran, kedisiplinan, perilaku kerja sama, dan menjaga situasi lingkungan pekerjaan.
e.    Pengembangan merupakan proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis, konseptual, dan moral pegawai melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan, hendaknya sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa mendatang. Ini merupakan sesuatu kegiatan yang amat penting dan akan terus tumbuh karena perubahan-perubahan teknologi, reorganisasi pekerjaan, tugas manajemen yang semakin rumit.
f.     Kompensasi merupakan pemberian balas jasa langsung berupa uang atau barang kepada pegawai sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada organisasi. Prinsip kompensasi adalah adil dan layak. Adil diartikan sesuai dengan prestasi kerja, sedangkan layak diartikan dapat memenuhi kebutuhan primer.
g.    Pengintegrasian merupakan kegiatan untuk mempersatukan kepentingan organisasi dan kebutuhan pegawai, agar tercipta kerja sama yang serasi dan saling menguntungkan. Di satu pihak, organisasi memperoleh keberhasilan/ keuntungan, sedangkan di lain pihak pegawai dapat memenuhi kebutuhan dari hasil pekerjaannya. Pengintegrasian merupakan hal yang penting dan cukup sulit dalam manajemen sumber daya manusia, karena mempersatukan dua kepentingan yang berbeda.
h.    Pemeliharaan merupakan kegiatan pemeliharaan atau meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas, agar mereka mau bekerja sama sampai pensiun. Pemeliharaan yang beik dilakukan dengan program kesejahteraan dengan berdasarkan kebutuhan sebagian besar pegawai, serta berpedoman kepada internal dan eksternal konsistensi.
i.      Kedisiplinan merupakan salah satu fungsi manajemen sumber daya manusia yang penting dan merupakan kunci terwujudnya tujuan organisasi, karena tanpa kedisiplinan, maka sulid mewujudkan tujuan yang maksimal. Kedisiplinan merupakan kegiatan dan kesadaran untuk menaati peraturan organisasi dan norma sosial.
j.      Pemberhentian merupakan putusnya hubungan kerja seorang pegawai dari suatu organisasi. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan pegawai, keinginan organisasi, berakhirnya kontrak kerja, pensiun atau sebab lainnya. Penerapan fungsi manajemen sebaik-baiknya dalam mengelola pegawai, akan mempermudah mewujudkan tujuan dan keberhasilan organisasi.
2.     KONFLIK ANTAR BAGIAN
Suatu organisasi dibentuk justru sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan dan disepakati bersama oleh sekelompok orang yang bersangkutan. Perlu diingat bahwa mereka yang telah bersepakat dan menjadi anggota suatu organisasi juga dalam kenyataannya berfungsi sebagai makhluk sosial sekaligus juga makhluk individual atau pribadi. Sebagai makhluk sosial, mereka terkait pada lingkungan masyarakat, berarti saling berhubungan, saling berpengaruh mempengaruhi satu sama lain dan saling  bantu membantu sesuai kemampuan yang ada pada dirinya. Sebagai makhluk individual atau pribadi, mereka masing-masing memiliki keinginan-keinginan pribadi, ingin bebas dalam melaksanakan tujuan-tujuan hidup pribadinya, ingin diperlakukan sama dengan individu atau pribadi-pribadi lainnya. Hal ini pada dasarnya adalah sifat hakikat manusia. Individu-individu atau pribadi-pribadi inilah yang kemudian masuk berkelompok dalam suatu organisasi, yang mempunyai akibat-akibat sebagai berikut :
a.    Dapat bersepakat untuk secara bersama-sama dan ikhlas mencapai tujuan organisasi dimana mereka menjadi anggotanya.
b.    Dapat juga diantara mereka itu tidak setuju dengan tujuan organisasi, karena banyak bertentangan dengan tujuan hidup pribadinya.
Hal kedua atau terakhir inilah yang akan menimbulkan suatu konflik di dalam organisasi dan hal ini akan berakibat pula pada timbulnya ketidaksamaan dalam organisasi. Suatu konflik semacam itu dalam suatu organisasi memang tidak mungkin dihilangkan sama sekali, karena sesuai dengan hakikat manusia tadi, bahwa setiap individu atau pribadi pasti memiliki interes-interes yang berbeda-beda. Menjadi kewajiban pimpinan organisasilah untuk menciptakan iklim organisasi yang sehat dan tertib.
Konflik di dalam perusahaan terjadi dalam berbagai bentuk dan corak, yang merintangi hubungan individu dengan kelompok ataupun kelompok yang lebih besar. Berhadapan dengan orang-orang yang mempunyai pandangan yang berbeda sering berpotensi terjadinya pergesekan, sakit hati dan lain-lain. Sebagai individu sering terjebak dalam kancah konflik yang berkepanjangan, terutama antar karyawan yang  karena tugas selalu berhubungan satu sama lain. Meskipun ketergantungan dan interaksi antar individu dalam suatu hal yang lumrah dalam suatu perusahaan. Dikatakan konflik sebagai suatu hal yang tidak dapat dielakkan dalam perusahaan, akan tetapi dapat diselesaikan dan diredakan pada tahap yang paling minimum dan tidak menganggu kelancaran jalannya perusahaan.
Menurut Handoko (2002:346) mendefenisikan konflik sebagai segala macam interaksi pertentangan. Konflik organisasi adalah ketidaksesuaian antara dua atau lebih anggota-anggota atau kelompok-kelompok organisasi yang timbul karena adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi sumber daya yang terbatas atau kegiatan-kegiatan kerja atau karena kenyataan mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai atau presepsi.
Wirawan (2010:5) memberikan defenisi : “konflik adalah proses pertentangan yang diekspresikan di antara dua pihak atau lebih yang saling tergantung mengenai objek konflik, menggunakan pola perilaku dan interaksi konflik yang menghasilkan keluaran konflik”.
Schmidt dan Kochan (dalam Wexley dan Yuki, 2002:229)  mendefenisikan konflik adalah sesuatu perselisihan atau perjuangan di antara dua pihak (two parties) yang ditandai dengan mewujudkan permusuhan secara terbuka dan atau menganggu secara sengaja pencapaian tujuan seseorang atau penolakan secara pasif seperti menolak untuk memberikan pengadaan bahan dan informasi yang diperlukan dari/ pihak yang lain.
Kemudian Maryoto (2003:188) berpendapat bahwa : “Konflik adalah segala macam interaksi pertentangan atau antagonistik antara dua pihak atau lebih”.
Pada dasarnya proses konflik bermula pada saat satu pihak dibuat tidak senang oleh, atau akan berbuat tidak menyenangkan, kepada pihak lain mengenai suatu hal yang oleh pihak pertama dianggap penting.
Dalam batas-batas tertentu, konflik kerja justru dapat mengakibatkan pengaruh yang positif atau menguntungkan. Namun, apabila lewat suatu batas tertentu, konflik dapat menimbulkan hal yang  negatif atau merugikan. Jadi, tidak benar  pendapat yang mengatakan bahwa konflik selalu merugikan perusahaan. Misalnya dalam suatu perusahaan, persaingan tersebut melampaui batas, dapat menjadi persaingan yang tidak sehat yang menimbulkan efek negatif.
Menurut Stephen P. Robbins (2003:125) menyatakan bahwa transisi dalam pikiran konflik terbagi atas beberapa pandangan antara lain :
a      Pandangan tradisional
Pendekatan dini terhadap konflik mengandaikan bahwa semua konflik itu buruk. Konflik dipandang secara negatif. Konflik, menurut defenisi, adalah merugikan dan harus dihindari. Konflik dilihat sebagai suatu hasil difungsional akibat komunikasi yang buruk, kurangnya keterbukaan dan kepercayaan antara para karyawan. Karena semua konflik harus dihindari, kita perlu mengarahkan perhatian kita pada penyebab konflik dan mengoreksi salah satu fungsi ini untuk memperbaiki kinerja kelompok dan organisasi.
b      Pandangan hubungan manusia
Posisi hubungan manusia berargumen bahwa konflik merupakan peristiwa yang wajar dalam semua kelompok dan organisasi. Karena konflik itu tidak terelakan aliran hubungan manusia membela penerimaan baik konflik. Mereka merasionalkan eksistensinya, konflik tidak dapat disingkirkan dan bahkan adakalanya konflik dapat bermanfaat pada kinerja kelompok.
c      Pandangan interaksionis
Pendekatan interaksionis mendorong konflik atas dasar bahwa kelompok yang kooperatif, tenang, damai dan serasi cenderung menjadi statis, apatis dan tidak tanggap terhadap kebutuhan akan perubahan dan inovasi. Oleh karena itu, sumbangan utama dari pendekatan interaksionis mendorong pemimpin kelompok untuk  mempertahankan suatu tingkatan  minimum berkelanjutan dari konflik cukup untuk membuat kelompok itu hidup, kritis diri dan kreatif. Dengan adanya pandangan interaksionis menjadi jelas bahwa untuk mengatakan konflik itu seluruhnya baik atau buruk tidaklah tepat. Apakah konflik itu baik atau buruk tergantung pada tipe konflik.
Konflik dapat dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu : (1) berdasarkan perilakunya; (2) berdasarkan penyebabnya; dan (3)  berdasarkan akibatnya. Menurut pelakunya, konflik bisa bersifat internal atau eksternal bagi individu yang mengalaminya; sedangkan berdasarkan penyebab, konflik disebabkan karena mereka yang bertikai ingin memperoleh keuntungan sendiri atau karena timbulnya perbedaan pendapat, penilaian, dan norma. Sementara itu berdasarkan akibatnya, konflik dapat bersifat baik atau buruk.
Konflik merupakan suasana batin yang berisi kegelisahan dan pertentangan antara dua motif atau lebih mendorong seseorang untuk melakukan dua atau lebih kegiatan yang saling bertentangan. Bila tidak dikendalikan secara baik maka akan menimbulkan dampak negatif yang  pada akhirnya dapat menimbulkan perpecahan di antara individu yang ada dalam perusahaan.
Adapun metode pengelolaan konflik menurut Rivai (2008:514) yaitu :
a      Metode simulasi konflik
Metode ini digunakan untuk menimbulkan rangsangan anggota, karena anggota pasif yang disebabkan oleh situasi dimana konflik terlalu rendah. Metode ini digunakan untuk merangsang konflik yang produktif. Metode simulasi konflik ini meliputi :
1)   Pemasukan atau penetapan orang luar ke dalam kelompok.
2)   Penyusunan kembali organisasi.
3)   Penawaran bonus, pembayaran insentif dan penghargaan untuk mendorong persaingan.
4)   Pemilihan manajer-manajer yang tepat.
5)   Perlakuan yang berbeda dengan kebiasaan.
b      Metode pengurangan konflik
Metode ini mengurangi antagonisme (permusuhan) yang ditimbulkan oleh konflik. Metode ini mengelola tingkat konflik melalui “pendinginan suasana” tetapi tidak menangani masalah-masalah yang semula menimbulkan konflik.
Metode ini ada dua. Pertama, mengganti tujuan yang menimbulkan persaingan dengan tujuan yang lebih bisa diterima oleh kedua kelompok yang bertentangan untuk menghadapi “ancaman” atau “musuh” yang sama.
c      Metode penyelesaian konflik
Ada 3 metode penyelesaian konflik yang sering digunakan yaitu :
1)   Dominasi atau penekanan. Dominasi atau penekanan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
a)   Kekerasan (forching) yang bersifat penekanan otokratik.
b)   Penenangan (smoothing) , merupakan cara yang lebih diplomatis.
c)    Penghindaran (avoidance) dimana manajer menghindar untuk mengambil posisi yang tegas
d)   Aturan mayoritas (majority rule), mencoba untuk menyelesaikan konflik antar kelompok dengan melakukan pemungutan suara (voting) melalui prosedur yang adil.
2)   Kompromi. Manajer mencoba menyelesaikan konflik melalui jalan tengah yang dapat diterima oleh pihak yang bertikai. Bentuk-bentuk kompromi meliputi :
a)   Pemisahan (separation), dimana pihak-pihak yang sedang bertikai dipisahkan sampai mereka mencapai persetujuan
b)   Perwasitan (arbitrasi), dimana pihak ketiga (biasanya manajer) diminta memberikan pendapat
c)    Kembali ke peraturan-peraturan yang berlaku, dimana kemacetan dikembalikan pada ketentuan-ketentuan tertulis yang berlaku dan menyetujui bahwa peraturan-peraturan yang memutuskan penyelesaian konflik.
d)   Penyuapan (bribing), salah satu pihak menerima konpensasi dalam pertukaran untuk tercapaianya penyelesaian konflik.
3)   Pemecahan masalah integratif (secara menyeluruh). Konflik  antar kelompok diubah menjadi situasi pemecahan masalah bersama melalui teknik-teknik pemasaran masalah. Disamping penekanan konflik atau pencairan kompromosi, kedua belah pihak secara terbuka mencoba menemukan penyelesaian yang dapat diterima semua pihak.
3.     FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KONFLIK ANTAR BAGIAN
Dikemukakan oleh Wirawan (2010:8) bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya konflik antara lain adalah sebagai berikut :
a      Keterbatasan sumber
Manusia selalu mengalami keterbatasan sumber-sumber yang diperlukan untuk mendukung kehidupannya. Keterbatasan itu menimbulkan terjadinya kompetisi diantara manusia untuk mendapatkan sumber yang diperlukannya dan hal ini sering kali menimbulkan konflik. Dalam suatu organisasi, sumber-sumber  yang dimaksud bisa berupa anggaran, fasilitas kerja, jabatan, kesempatan untuk berkarier dan sebagainya. Kasus-kasus konflik yang disebabkan oleh kompetisi atau persaingan sumber dapat ditemukan di organisasi.
b      Saling tergantung
Konflik terjadi karena kelompok yang terlibat konflik memiliki tugas yang tergantung satu sama lain. Jika kelompok tergantung satu sama lain dalam cara sedemikian rupa untuk keberhasilan pelaksanaan tugasnya, maka konflik mungkin terjadi jika keduanya mempunyai tujuan atau prioritas yang berbeda. Sedemikian tinggi saling ketergantungan, semakin besar kemungkinan konflik akan berkembang.
Ketergantungan tugas terjadi jika atau lebih kelompok  tergantung satu sama lainnya dalam cara sedemikian rupa untuk keberhasilan pelaksanaan tugasnya. Potensi meningkatnya konflik tergantung pada sejumlah kabar dari saling ketergantungan tersebut. Semakin tinggi saling ketergantungan  antar satu kelompok dengan kelompok yang lain, semakin tinggi kemungkinan timbulnya konflik. Ada 3 jenis ketergantungan yang diidentifikasi, ketergantungan yang dikelompokkan (pooled interdependence), ketergantungan berurutan (sequential interdependence), dan ketergantungan timbal balik (resiprocal interdependence).
1)   Ketergantungan yang dikelompokkan
Ketergantungan yang dikelompokkan terjadi jika masing-masing kelompok dalam melakukan aktivitasnya tidak tergantung antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya, akan tetapi prestasi yang dikelompokkan akan menentukan prestasi organisasi secara keseluruhan. Potensi timbulnya konflik dengan adanya ketergantungan yang dikelompokkan relatif rendah.
2)   Ketergantungan berurutan
Ketergantungan berurutan terjadi jika suatu kelompok baru dapat memulai tugasnya jika kelompok yang lainnya telah menyelesaikan tugasnya. Ketergantungan seperti ini sangat potensial menimbulkan adanya konflik. Dalam perusahaan karesori misalnya, bagian pengecatan baru dapat memulai tugasnya jika bagian pengelasan telah menyelesaikan tugasnya.
3)   Ketergantungan timbal balik
Ketergantungan timbal balik terjadi jika prestasi kelompok saling tergantung antara kelompok yang satu dengan yang lainnya. Saling ketergantungan timbal balik terjadi pada berbagai organisasi, seperti pada berbagai unit dalam lembaga rumah sakit; bagian rongsen, bagian laboratorium, bagian kebidanan dan bagian anastasia semuanya tergantung pada keahlian satu sama lain dalam menyembuhkan pasien.
c      Kekaburan batas-batas bidang kerja
Konflik mungkin terjadi bila mana batasan-batasan bisang kerja tidak jelas, atau pembagian tugas yang tidak difinitif akan menimbulkan  ketidakjelasan cakupan tugas dan wewenang unit kerja dalam organisasi. Dalam waktu yang bersamaan, ada kecenderungan pada unit kerja untuk menambah dan memperluas tugas dan wewenangnya. Keadaan ini sering menimbulkan konflik antar bagian dalam suatu organisasi.
d      Tujuan dan kebutuhan yang berbeda
Seperti yang dikemukakan oleh Wilmot (1978), konflik terjadi karena pihak-pihak yang  terlibat konflik mempunyai tujuan yang berbeda. Selai tujuan yang berbeda masing-masing individu memiliki kebutuhan yang berbeda satu sama lain. Kebutuhan merupakan pendorong terjadinya perilaku manusia. Jika kebutuhan diabaikan atau terlambat, maka bisa memicu terjadinya konflik.
e      Komunikasi yang tidak baik
Komunikasi yang tidak baik sering menimbulkan konflik dalam organisasi. Faktor komunikasi yang menyebabkan konflik, misalnya distorsi, informasi yang tidak tersedia dengan bebas, dan penggunaan bahasa yang tidak dimengerti oleh pihak yang melakukan komunikasi. Demikian juga,  perilaku komunikasi yang berbeda sering kali menyinggung orang lain, baik sengaja maupun tidak sengaja dan menjadi penyebab timbulnya konflik.
f       Pribadi orang
Ada orang yang memiliki sifat kepribadian yang mudah menimbulkan konflik, seperti selalu curiga dan berfikiran negatif terhadap orang lain, egois, sombong, merasa selalu paling benar, kurang dapat mengendalikan emosi dan ingin menang sendiri. Sifat seperti ini mudah untuk menyulut konflik jika berinteraksi dengan orang lain.
4.     JENIS-JENIS KONFLIK DALAM KEHIDUPAN BERORGANISASI
Konflik kerja adalah ketidak sesuaian antara dua atau lebih anggota-anggota kelompok (dalam suatu organisasi/perusahaan) yang harus membagi sumber daya yang terbatas atau kegiatan-kegiatan   kerja dan atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai atau presepsi. Konflik kerja juga dapat diartikan sebagai perilaku anggota organisasi yang dicurahkan untuk berposisi terhadap anggota yang lain. Selai itu konflik diartikan sebagai perbedaan, pertentangan dan perselisihan. Konflik sebagai proses yang bila suatu pihak merasakan bahwa pihak lain mengetahui secara negatif sesuatu yang diperhatikan pihak pertama. Menurut Rivai (2008;509) bahwa jenis-jenis konflik adalah :
a      Konflik dalam diri seseorang
Seseorang dapat nmengalami konflik internal dalam dirinya karena ia harus memilih tujuan yang saling bertentangan. Ia merasa bimbang mana yang harus dipilih atau dilakukan. Konflik dalam diri seseorang juga dapat terjadi karena tuntutan tugas yang melebihi kemampuannya.
b      Konflik antar individu
Konflik antar individu terjadi seringkali disebabkan  oleh adanya perbedaan tentang isu tertentu, tindakan, dan tujuan dimana hasil bersama sangat menentukan.
c      Konflik antar anggota kelompok
Seuatu kelompok dapat mengalami konflik subtantif atau konflik afektif. Konflik subtantif adalah konflik yang terjadi karena latar belakang keahlian yang berbeda. Jika anggota dari suatu komite menghasilkan kesimpulan berbeda atas data yang sama, dikatakan kelompok tersebut mengalam konflik subtantif. Sedangkan konflik afektif adalah konflik yang terjadi didasarkan atas tanggapan emosional terhadap situasi tertentu.
d      Konflik antar kelompok
Konflik antar kelompok terjadi karena masing-masing kelompok ingin mengejar kepentingan atau tujuan kelompoknya masing-masing. Misalnya konflik yang mungkin terjadi antar bagian produksi dengan bagian pemasaran. Bagian produksi, misalnya menginginkan adanya jadwal produksi yang tetap dan standar sehingga pengawasan dapat dilakukan dengan lebih mudah. Sedangkan bagian pemasaran menginginkan adanya jadwal produksi yang fleksibel, sehingga mampu mengikuti fluktuasi permintaan pasar.
e      Konflik intraperusahaan
Konflik intraperusahaan meliputi empat subjenis, yaitu konvlik vertikal, horizontal, lini-staf, dan konflik peran. Konvlik vertikal terjadi antara manajer dengan bawahan yang tidak sependapat tentang cara terbaik untuk menyelesaikan suatu tugas. Konflik horizontal terjadi antara karyawan atau departemen yang memiliki hierarki yang sama dalam organisasi. Konflik lini-staf yang sering terjadi karena adanya perbedaan presepsi tentang keterlibatab staf (staf ahli) dalam proses pengambilan keputusan oleh manajer lini. Akhirnya konflik peran dapat terjadi karena seseorang memiliki lebih dari satu peran yang saling bertentangan. Misalnya saja seseorang di satu sisi ia menjabat sebagai kepala sub bagian proses produksi dan di pihak lain ia menjabat sebagai kepala serikat pekerja. Suatu saat keryawan menuntut adanya kenaikan upah disebabkan karena kenaikan biaya hidup yang semakin meningkat, sementara itu dilain pihak kondisi perusahaan sedang dilanda kesulitan finansial. Kondisi seperti itu dapat menyebabkan konflik yang dialami oleh kepala bagian sub produksi, karena sebagai kepala serikat ia merasa mempunyai kewajiban moral untuk memperjuangkan kesejahteraan karyawan, tetapi sebagai unsur pimpinan dalam perusahaan ia memiliki kewajiban menjaga kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan.
f       Konflik antar perusahaan
Konflik bisa juga terjadi antar organisasi karena mereka memiliki saling ketergantungan satu sama lain terhadap pemasok, pelanggan, maupun distributor. Seberapa jauh konflik terjadi tergantu kepada seberapa besar tindakan suatu organisasi menyebabkan adanya dampak negatif terhadap perusahaan yang lainnya, atau mencoba mengendalikan sumber-sumber vital perusahaan.
5.     KONSEKUENSI-KONSEKUENSI KONFLIK
Dikemukakan oleh Waxley dan Yuki (2000:231) menyatakan bahwa konsekuensi-konsekuensi konflik. Hingga dewasa ini, para ilmuan perilaku masih beranggapan bahwa konflik adalah gejala yang tidak wajar yang hanya memiliki konsekuensi-konsekuensi negatif. Sebenarnya, konflik dapat memiliki baik konsekuensi-konsekuensi yang positif maupun negatif, dan menjadi tujuan manajemen konflik adalah memanage sedemikian rupa sehingga keuntungan-keuntungannya dapat  dipertahankan serta akibat-akibat sebaliknya dapat diminimalisir.
Akibat-akibat negatif dari konflik adalah  terutama terletak pada kehancuran komunikasi, keterjalinan serta kerjasama. Dipihak lain, sedikit konflik, organisasi tidak mungkin akan mempertahankan ketegaran serta menyesuaikan dengan berhasil terhadap lingkungan yang sedang berubah. Penyesuaian memerlukan perubahan-perubahan dalam prosedur-prosedur dan prioritas-prioritas bahkan mungkin terhadap tujuan-tujuan organisasi.  Perubahan-perubahan semacam ini menciptakan ketidaknyamanan serta mencakup redistribusi kekuasaan dan status. Konsekuensinya kebanyakan perubahan biasanya dihindarkan atau ditolak oleh banyak anggota organisasi. Jika tidak ada konflik yang nyata, perubahan-perubahan tidak mungkin terjadi dengan cukup cepat untuk menjamin penyesuaian yang berhasil
6.     MENYELESAIKAN KONFLIK
Cara menyelesaikan konflik menurut (penelitian terdahulu Marisa 2007:18) adalah :
a      Diminta untuk negosiasi tujuan, yang merasa diturunkan agar tidak rugi satu sama lain.
b      Jika mengalami kesulitan sebaiknya didiamkan agar dapat saling menjaga.
c      Jangan saling bertemu (dihindari) untuk sementara.
Konflik mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan umat manusia, baik secara individu maupun kelompok. Konflik mempunyai pengaruh secara positif dan negatif.
a      Pengaruh positif
Konflik mempunyai pengaruh positif terhadap kehidupan umat manusia. Wirawan (2010:106)  menyebutkan ada beberapa gambaran pengaruh yang positif dari konflik, antara lain sebagai berikut :
1)   Menciptakan Perubahan
Konflik berpengaruh besar terhadap kehidupan manusia. Konflik dapat mengubah dan mengembangkan kehidupan manusia.
2)   Membawa Objek Konflik Ke Permukaan
Tanpa terjadinya konflik,  objek konflik atau pokok masalah yang terpendam diantara pihak yang terlibat konflik tidak akan muncul ke permukaan. Tanpa munculnya objek konflik, masalah tersebut tidak akan terselesaikan.
3)   Memahami Orang Lain Lebih Baik
Konflik membuat orang memahami adanya orang yang berbeda pendapat, berbeda pola pikir, dan berbeda karakter.
4)   Konflik Dapat Menciptakan Solusi Terbaik
Jika dikendalikan dengan baik, konflik dapat menghasilkan solusinyang memuaskan kedua belah pihak yang terlibat konflik. Solusi yang memuaskan kedua belah pihak akan menghilangkan perbedaan mengenai objek konflik. Hingga perbedaan membawa keduanya kembali dalam interaksi sosial yang harmonis.
b      Pengaruh negatif
Selain dapat mengakibatkan timbulnya sesuatu yang positif, konflik dapat menciptakan pengaruh yang negatif. Antara lain sebagai berikut :
1)   Biaya Konflik
Konflik memerlukan biaya untuk melakukan transaksi interaksi konflik dalam bentuk sumber-sumber, seperti energi fisik, energi pisikologi, uang, dan waktu.
2)   Merusak Hubungan Dan Komunikasi Diantara Pihak-Pihak Yang Terlibat Konflik
Konflik, terutama konflik destuktif menurunkan kualitas dan intensitas hubungan di antara pihak-pihak yang terlibat konflik. Konflik dapat menimbulkan rasa tidak senang, marah, benci, dan antipati kepada lawan konflik, keadaan ini merusak hubungan di antara pihak-pihak yang terlibat konflik dan komunikasi diantara mereka.
3)   Menurunkan Mutu Pengembalian Perusahaan
Konflik destruktif akan menghasilkan kebutuhan diskusi, fitnah, dan menghilangkan sikap saling percaya. Situasi seperti ini tidak mungkin mengembangkan sumber alternatif dalam pengembalian keputusan.

Dikutip dari :

Handoko T. 1998. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi kedua, cetakan kelimabelas, BPEFE. Yogyakarta.
Martoyo, Susilo, 2003. Manajemen Sumber Daya, edisi keempat, cetakan pertama. BPFE, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Nawawi, Hadari. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis Yang Kompetitif, cetakan keempat. Gadjah Mada Univercity Press. Yogyakarta.
Rachmawati, Ike Kusdyah. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi pertama.  Cetekan keempat : Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Riyanto, Agus. 2009. Pengelolaan dan Analisis Data. Penerbit : Nuha Medika, Jakarta.
Sedarmayanti, 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia ; Reformasi Biroksi dan Manajemen Pegawai Negri Sipil, Cetakan kedua, Penerbit : Aditama, Bandung.
Sugiono. 2007. Statistik Untuk Penelitian. Alfa Beta. Bandung.
Sutrisno, Edy, 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi pertama, Cetakan pertama, Jakarta : Kencana.
Wexly dan Yuki. 2000. Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia. PT. Asdi Mahasatya. Jakarta.

Wirawan. 2010. Konflik Dan Manajemen Konflik. Salemba Humanika. Jakarta

No comments: